[Editorial] Covid-19, Terorisme, dan Krisis Suriah
LiputanIslam.com –Selalu ada hikmah di balik segala fenomena buruk. Bagi Suriah, pandemi Covid-19 yang saat ini melanda dunia bisa jadi malah akan mempercepat pemulihan krisis. Sebagaimana diketahui, AS, Eropa, Turki, dan Arab Saudi saat ini termasuk di antara negara-negara yang dipusingkan dengan pandemi virus Korona. AS dan Eropa bahkan saat ini menjadi episentrum pandemi. Jumlah mereka yang positif tertular virus di negara-negara mencapai ratusan ribu, tertinggi di dunia. Adapun Turki dan Arab Saudi, meskipun tidak termasuk pusat wabah, akan tetapi kedua negara ini juga termasuk yang mendapatkan dampak negatif sangat serius dari pandemi.
Di sisi lain, AS, Eropa, Arab Saudi, dan Turki selama ini tercatat sebagai negara-negara sponsor utama krisis Suriah. AS dan Eropa bertindak sebagai penyuplai dana serta membentuk opini publik lewat media yang mereka kuasai. Arab Saudi, selain sebagai penyumbang dana, juga berperan sebagai pemberi legitimasi atas apa yang mereka klaim sebagai jihad di Tanah Syam untuk meruntuhkan rezim Syiah Alawiah Assad. Sedangkan Turki menyediakan teritorinya sebagai pintu masuknya ratusan ribu jihadis palsu dari seluruh penjuru dunia.
Kini, semuanya sedang kelimpungan. Di saat tentara Suriah menunjukkan progresnya dalam pembebasan kota demi kota dari cengkeraman milisi teroris, bantuan yang diharapkan oleh milisi pun tak kunjung datang. Sebagaimana yang dilaporkan Lembaga Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), milisi teroris di kota Abyad, timur laut Suriah, melancarkan protes akibat macetnya “gaji” yang biasanya mereka dapatkan secara rutin dari pemerintah Turki. Ankara sendiri lewat Kementerian Pertahanannya sudah mengkonfirmasi bahwa secara umum, pergerakan militer mereka di Suriah dibatasi secara signifikan gara-gara pandemi. Ini terkait dengan keselamatan tentara, dan juga karena masalah anggaran negara yang sekarang ini lebih banyak harus difokuskan ke penanganan pandemi.
Arab Saudi juga sedang kelimpungan menghadapi pandemi virus ini. Pendapatan negara dari sektor minyak jauh menurun gara-gara harga minyak anjlok ke angka 30 dolar per barrel. Padahal, mereka bisanya menikmati harga minyak di kisaran 60 – 80 dolar. Selain itu, pembeli minyak juga semakin sedikit gara-gara mobilitas transportasi dunia yang seakan terhenti gara-gara pembatasan super ketat transportasi antar negara dan antar kota di dalam negeri. Ditambah lagi dengan dihentikannya ibadah umrah yang selama ini menyumbang devisa negara sangat besar.
Walhasil, akibat dari situasi dunia yang saat ini betul-betul berubah gara-gara pandemi Covid-19, dukungan terhadap terorisme di Suriah semakin melemah. Situasi ini tentu saja dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh tentara Suriah untuk memberikan pukulan mematikan terakhir kepada milisi teroris itu.
Barangkali, dalam jangka waktu yang tak lama lagi, kita akan bisa menyaksikan terbebaskannya seluruh kawasan Suriah dari cengkeraman milisi teroris. Dengan ini, pemerintah Suriah bisa langsung berkonsentrasi melakukan rekonstruksi negeri yang porak poranda akibat ini (os/editorial/liputanislam)