Menjelajah Paris dalam Sehari
Jalan-jalan ke Paris, sendirian? Wow, dulu rasanya tak terbayangkan. Namun, saya sudah berada di Amsterdam, masa tak menyempatkan diri ke Paris? Rugi sekali rasanya. Saya pun nekad bersolo traveling dari Amsterdam ke Paris. Rasa takut dan khawatir saya abaikan kuat-kuat. Berbekal doa dan informasi yang cukup dari mbah Google, saya berangkat di tengah malam buta menuju kota romantis itu.
Alhamdulillah jam setengah tujuh pagi sampai juga saya di Paris. Bonjour, Welcome to Paris! Suasana masih agak gelap saat itu. Saya langsung menuju stasiun kereta bawah tanah Metro dan membeli tiket mobilis seharga 9.05 Euro buat perjalanan saya selama sehari penuh di kota ini. Selain buat menaiki Metro, tiket ini ternyata juga bisa dipergunakan untuk menaiki bus dan RER.
Akhirnya sampai juga saya di stasiun Bir Hakeim. Ada tanda panah tour Eiffel di sana dan saya mengikutinya. Sekitar 5 menit berjalan kaki, saya menemukan menara yang terkenal sejagad raya itu. Syukron Lillah, akhirnya saya bisa melihat langsung menara setinggi 324m maha karya Gustave Eiffel yang cukup fenomenal ini. Keindahan dan kekokohannya membuat nafas saya sejenak tertahan.
Saya langsung menuju ke pinggiran sungai Seine di seberang jalan menara agar dapat mengambil foto Menara Eiffel secara penuh. Sepasang wisatawan baik hati yang menawarkan diri untuk mengambil foto saya dengan latar belakang menara.
Puas berfoto-foto, saya memutuskan untuk sarapan wafel di pinggir sungai seine. Langit sudah mulai terang saat itu dan wisatawan mulai terlihat ramai mengantri untuk membeli tiket naik ke menara. Saya benar-benar menikmati suasananya sambil sesekali teringat pesan-pesan yang saya dapat, hati-hati copet. Ada cukup banyak anak-anak dan dan ibu-ibu yang menyuruh saya mengisi kuisioner, tapi saya menolaknya, karena menurut yang saya baca itu salah satu modus pemerasan kepada wisatawan.
Sayang sekali, saya tidak dapat masuk ke museum ini karena tutup. Mengecewakan sekali. Apakah memang hari itu museum memang tutup atau ada ada sesuatu hal? Entahlah.
Saya lalu melangkah ke monumen terkenal, yang letaknya tepat di seberang Musee du Louvre yaitu Arc de Triomphe du Carrousel. Sambil berfoto-foto, saya menyusuri jalan di sekitar museum. Sangat menarik, selain toko-toko barang bermerk, ada banyak toko yang menjual souvenir dan restoran di sini. Saya pun menyempatkan diri untuk makan siang.
Rasanya kaki sudah lelah melangkah. Tapi, saya tak mau rugi. Setelah makan siang, saya melanjutkan perjalanan ke Le Grande Mosquee de Paris. Selain hendak melaksanakan sholat, saya juga pengen merasakan ruh dan nikmatnya ibadah di salah satu mesjid di Eropa.
Setelah melihat-lihat sejenak, saya langsung menuju ke tempat sholat. Ternyata tempat sholat wanita ada di sebuah bangunan tua yang tersembunyi. Setelah melaksanakan sholat, saya istirahat dan sempat tertidur pulas di mesjid ini. Ketika terbangun, jam di tangan saya menunjukkan pukul 4 sore. Saya langsung bergegas melanjutkan jalan-jalan. Di daerah sekitar mesjid saya menemukan beberapa toko yang menjual buku-buku Islam, sekolah taman kanak-kanak Islam, dan toko makanan halal. Saya sempatkan membeli croissant di salah satu toko tersebut. Senang sekali, selain mendapat sapaan salam dari sesama muslim, saya juga mendapat potongan harga karena hari sudah sore.
Hari semakin senja. Rasanya masih ingin mengunjungi situs wisata lainnya, misalnya Gereja St.Mitchel Notre Dame. Tapi saya sudah benar-benar kelelahan.
Akhirnya saya duduk-duduk saja ke kedai kopi di stasiun, sambil menunggu jam kepulangan saya ke Amsterdam. Sambil menghirup aroma kopi yang wangi, saya berbisik dalam hati, Paris, tunggu aku lain waktu. (LiputanIslam.com)
Baca tulisan Windi Ayuni sebelumnya: Menikmati Indahnya Belanda, Negeri Seribu Kincir Angin