Era Industri, Wamenag: Perlu Integrasi Ilmu dan Akhlak

0
491

Sumber: kemenag.go.id

Cilacap, Liputanislam.com– Wakil Menteri Agama Republik Indonesia (Wamenag RI), Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan bahwa di era industri 4.0 dan era digital sekarang diperlukan adanya integrasi antara ilmu dan akhlak sebagai solusi atas berbagai tantangan di zaman yang semakin kompleks ini. Terlebih bagi pondok pesantren yang lahir sebagai  buah kesadaran para ulama akan pentingnya sinergi antara akal dan qalbu, sains dan iman.

Demikian hal itu disampaikan Zainut saat memberikan orasi ilmiah wisuda sarjana ke VII dan Dies Natalis ke 12 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sufyan Tsauri Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah pada Sabtu (7/3).

“Dalam Al-Qur’an Surat Al Mujadalah Ayat 11, Allah Swt berfirman, “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu,” ujarnya.

Di lingkungan pendidikan tinggi agama Islam, lanjut Zainut Tauhid, kajian di bidang ekonomi dan pendidikan yang menerapkan prinsip akademik barat yang positifistik, diintegrasikan dengan epistemologi keislaman yang memuat pendekatan bayani (melalui teks fiqih dan kalam), burhani (empiris), dan irfani (intuitif), yang bertujuan menguatkan keimanan.

Science without religion is lame, religion without science is blind. ‘Ilmu tanpa agama adalah kepincangan, agama tanpa ilmu adalah kebutaan,’ begitu kata Einstein, fisikawan dunia yang ilmunya bermanfaat dan menginspirasi umat Islam hingga kini,” ungkapnya.

Menurutnya, para sarjana telah menyadari adanya perubahan zaman dan hadirnya era post truth, di mana situasi obyektif lebih sedikit pengaruhnya, dibanding hal-hal yang memengaruhi emosi dan kepercayaan personal dalam pembentukan opini publik.

“STAI Sufyan Tsauri, sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, diharapkan menjadi katalisator sekaligus dinamisator yang mampu mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya untuk memiliki pemahaman adil dan seimbang, demi merawat keharmonisan masyarakat, dan relasi harmonis antara agama dan negara dalam konteks keindonesiaan,” tegas Wamenag.

Baca: Menkopolhukam Mahfud MD Sebut Pendana Terorisme Adalah Teroris

“Pemahaman keagamaan yang adil dan seimbang seharusnya lebih mudah hadir pada mereka yang pernah berada dalam atmosfer lingkungan akademis, yang mengutamakan dialog inklusif dan terukur dalam menghadapi perbedaan,” tambahnya. (aw/kemenag).

DISKUSI: