Misteri Kelayakan Terbang Sriwijaya Air SJ 182 yang Jatuh
Jakarta, LiputanIslam.com –Faktor penyebab jatuhnya pesawat Boeing 737 milik Maskapai Sriwijaya Air hingga kini masih menjadi tanda tanya, apalagi proses investigasi masih terus berlangsung. Pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak dengan nomor penerbangan SJ 182 telah jatuh di sekitar Kepulauan Seribu, yang menewaskan 62 penumpangnya, termasuk 12 kru pesawat. Peristiwa nahas itu terjadi Sabtu (9/1/2021)sore WIB.
Pesawat tersebut mengangkut 62 orang yang terdiri dari 12 awak kabin, 40 penumpang dewasa, 7 penumpang anak-anak, dan 3 bayi. Pesawat seharusnya terbang pukul 14.30 WIB. Namun, keberangkatan pesawat ditunda sekitar 30 menit karena cuaca buruk.
Pesawat sempat melewati ketinggian 11.000 kaki (3,3 km), tetapi tiba-tiba kehilangan ketinggian. Kecepatan pesawat juga turun drastis. Posisi terakhir menunjukkan ketinggian 250 kaki (76 meter) di atas permukaan laut dengan kecepatan 358 knots (660 km/jam).
Setelah berbagai berita simpang siur mengenai kemungkinan situasi pesawat akibat hilangnya kontak, saat Maghrib, ditemukan titik terang berupa penemuan barang-barang yang diduga berasal dari pesawat Sriwijaya Air. Barang-barang yang ditemukan nelayan itu berupa potongan pakaian dan beberapa kabel.
Pada pukul 19.50 WIB, Basarna mengadakan Konferensi Pers yang menyatakan bahwa pihaknya menemukan beberapa serpihan yang diduga merupakan bagian dari pesawat Sriwijaya Air tersebut. Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto Ahad (10/1) menyampaikan bahwa tim penyelamat dari KRI Rigel telah menemukan sejumlah barang-barang yang didapat di titik koordinat lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Para petugas hingga kini terus melakukan pencarian dan investigasi. Salah satu objek pencarian terpenting, selain mencari sisa-sisa potongan mayat korban, adalah mencari kotak hitam, yang akan memberikan titik terang terkait dengan sebab-sebab jatuhnya pesawat.
Kecelakaan jatuhnya sebuah pesawat biasanya memang tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Bisa jadi karena gabungan dari faktor alam (cuaca), human error, atau karena kondisi pesawat yang tidak dirawat dengan baik. Faktor yang terakhir ini menjadi sorotan banyak pihak, termasuk media-media asing. The New York Times (NYT), misalnya, Ahad (10/1/2021) menurunkan laporan yang menyatakan bahwa sektor penerbangan di Indonesia sebagai negara berkembang memang sering diganggu kecelakaan dan penyimpangan keselamatan selama bertahun-tahun.
Menurut NYT, industri penerbangan Indonesia, terutama maskapai penerbangan berbiaya rendah, memang berkembang sangat pesat hingga penerbangan bisa menjangkau kawasan Indonesesia yang sangat luas. Akan tetapi, geliat industri penerbangan domestik tersebut telah dirusak oleh perawatan pesawat yang buruk dan kepatuhan terhadap standar keselamatan. Atas dasar itulah, NYT menyebutkan selama bertahun-tahun, maskapai penerbangan ternama Indonesia dilarang terbang ke Amerika Serikat dan Eropa oleh regulator dari masing-measing negara tersebut.
Pihak Sriwijaya Air sendiri telah menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan perawatan sebagaimana mestinya supaya berbagai pesawat yang terbang memang telah memenuhi standar kepatutan dan kelayakan untuk terbang. Apalagi, pesawat yang jatuh ini sudah biasa melakukan perjalanan dengan rute yang sama selama berkali-kali. (os/NYT/kompas)