Kecelakaan Sriwijaya SJ 182, Pilot Diduga Disorientasi Saat Terbang

0
521

sumber: CNBC

Jakarta, LiputanIslam.com–Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menduga pilot pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mengalami disorientasi ruang ketika menerbangkan pesawat itu sebelum jatuh di sekitar Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021)sore WIB.

Dilansir dari BBC, Gerry menganalisis hal ini dari data ketinggian pesawat SJ 182 di mana arah jalur pesawat tak beraturan saat oleng dan jatuh.

Ia memperkirakan, sang pilot mengalami disorientasi. Meski demikian, ia menjelaskan, hal ini bersifat dugaan dan perlu dicocokkan dengan data penerbangan dari pesawat. Terlebih, kecelakaan pesawat tidak hanya terjadi karena satu faktor penyebab.

“Ada kemungkinan disorientasi atau human factors. Tapi saya juga tidak bisa memastikan kapan disorientasi dimulai,” kata Gerry.

“Analogi disorientasi itu kalau jalan di ruangan gelap dan mata ditutup, kita berpikir ini tegak tapi ternyata miring, berpikir naik tapi ternyata turun. Sekalipun pilot senior bisa disorientasi.”

Menurut Federation Aviation Administration, disorientasi ruang terjadi karena ketidakmampuan tubuh untuk mengidentifikasi kondisi sekitar saat terbang.

Gangguan sistem keseimbangan tubuh bisa terjadi karena adanya gangguan sensor dan ilusi.

Tiga rangsangan sensorik yang berperan membentuk keseimbangan tubuh di antaranya penglihatan, saraf vestibular di telinga bagian dalam, dan proprioception atau persepsi rangsangan untuk mengetahui posisi tubuh.

Orientasi ruangan saat terbang sulit dicapai, tergantung dari arah, kekuatan, dan frekuensi stimulus ketiga sensor. Jika ketiganya tidak bekerja dengan baik, maka akan terjadi konflik sensorik yang menyebabkan otak tidak bisa mengidentifikasi arah dan posisi.

“Itu kenapa saat terbang harus mengandalkan instrumen dan manual,” katanya.

Statistik FAA menunjukkan sebanyak 5% hingga 10% kecelakaan pesawat terjadi karena disorientasi dan mayoritas mengakibatkan korban jiwa.

Disorientasi pernah dialami sang pilot Ethiopian Airlines 409 tipe Boeing 737-800 yang jatuh di Beirut, Lebanon pada 2010 silam.

Merujuk laporan investigasi yang diterbitkan, pada saat kejadian malam hari, situasi cuaca sedang tidak mendukung dengan awal tebal yang menyebabkan langit terlihat hitam pekat.

Mulanya, sudut kemiringan pesawat terlalu ke kanan pada saat terbang sesaat setelah lepas landas. Kemudian, alarm berbunyi agar menstabilkan kondisi.

Pilot menggeser ke kiri untuk menyeimbangkan, tapi kemudian justru sudut kemiringan yang diambil melebihi batas dan pesawat tidak seimbang.

“Ethiopian Airline 409 ini jatuhnya sama (dengan Sriwijaya PK-CLC). Setelah take-off, dia belok ke kanan, itu mulai parah disorientasi, kemudian belok ke kiri,” katanya.

Pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak dengan nomor penerbangan SJ 182 telah jatuh di sekitar Kepulauan Seribu, yang menewaskan 62  penumpangnya, termasuk 12 kru pesawat. Peristiwa nahas itu terjadi Sabtu (9/1/2021)sore WIB.

Pesawat tersebut mengangkut 62 orang yang terdiri dari 12 awak kabin, 40 penumpang dewasa, 7 penumpang anak-anak, dan 3 bayi. Pesawat seharusnya terbang pukul 14.30 WIB. Namun, keberangkatan pesawat ditunda sekitar 30 menit karena cuaca buruk.

Pesawat sempat melewati ketinggian 11.000 kaki (3,3 km), tetapi tiba-tiba kehilangan ketinggian. Kecepatan pesawat juga turun drastis. Posisi terakhir menunjukkan ketinggian 250 kaki (76 meter) di atas permukaan laut dengan kecepatan 358 knots (660 km/jam). (ra/BBC)

DISKUSI: