Tragedi Pesawat Ukraina Lenyapkan Pemberitaan Kasus Soleimani, Disengaja?
Tehran, LiputanIslam.com—Insiden pesawat Ukraina Boeing 737 yang jatuh pada Rabu (8/1) pagi diberitakan besar-besaran di media arus utama Barat. Pasalnya, pemerintah Iran mengaku ‘tidak sengaja’ menembak pesawat itu di tengah ketegangan militer dengan Amerika. Pemerintah AS pun dengan gencar memanfaatkan kasus ini untuk mendorong ‘penggulingan rezim’ di Republik Islam itu.
Jurnalis Iran, Ramin Mazaheri, lewat artikelnya yang dimuat Press TV pada Senin (13/1), mewanti-wanti bahwa pemberitaan tragedi pesawat Ukraina sengaja dibesar-besarkan untuk menutupi kasus pembunuhan Soleimani.
“Pembunuhan Soleimani dan tragedi Ukraine Airlines tidak boleh dicampuradukkan,” tulis Mazaheri.
“[Kasus Soleimani] adalah pembunuhan yang tidak manusiawi terhadap seorang pahlawan anti-teror yang harus tetap menjadi sorotan dunia hingga Washington—sebagai pelaku yang membual!—taat dengan keadilan internasional. [Kasus jatuhnya pesawat Ukraina] adalah tragedi, dan Iran dengan sangat jelas bersedia bekerja dengan negara-negara seperti Ukraina, Prancis dan Kanada untuk menemukan akar penyebabnya,” paparnya.
Menurut penulis buku ‘I’ll Ruin Everything You Are: Ending Western Propaganda on Red China’ itu, tidak ada seorang pun di Iran yang senang atas tragedi pesawat Ukraina. Namun, para pembunuh Soleimani di Washington tidak diragukan lagi senang bahwa sorotan publik terhadap kejahatan mereka kini perlahan hilang.
“Ini adalah ketidakadilan dalam skala besar, dan ini tidak boleh dibiarkan,” tekannya.
Saat ini, media arus utama Barat sedang berupaya menjauhkan fokus dari kemarahan internasional terkait pembunuhan Soleimani. Media-media tersebut memberitakan secara masif aksi protes di Iran pasca tragedi pesawat Ukraina. Aksi protes itu wajar, tulis Mazaheri, sebab banyak mahasiswa Iran yang punya hubungan personal dengan para korban.
Namun, seperti yang sering terjadi di Iran, kelompok kontra-revolusioner berusaha ‘membajak’ aksi itu, bisa dibuktikan dengan video-video yang beredar tentang beberapa “pengunjuk rasa” berpakaian seperti anggota Black Bloc yang menginjak poster Soleimani. Aksi itu disebut sebagai ‘suara asli rakyat Iran’ yang sebenarnya membenci Soleimani. Padahal, beberapa hari sebelumnya, jutaan orang jelas-jelas tumpah ruah ke jalanan untuk menghadiri pemakaman sang jenderal.
Kecintaan mayoritas warga Iran terhadap Soleimani dan kemarahan mereka atas pembunuhannya adalah kenyataan faktual yang sederhana, papar Mazahri. Namun, media Barat berusaha memutarbalikkan fakta itu untuk menggulingkan revolusi demokratik 1979 Iran. (ra/presstv)