Tokoh Hamas Memuji Presiden Suriah dan Berharap Normalisasi Hubungan dengan Damaskus
Gaza, LiputanIslam.com – Tokoh Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), Mahmoud al-Zahar, memuji Presiden Suriah Bashar al-Assad dan berharap adanya upaya pemulihan hubungan faksi militan Palestina ini dengan Damaskus.
“Adalah bagian dari kemaslahatan kubu resistensi adanya hubungan baik dengan semua negara yang memusuhi Israel serta memiliki pendirian yang jelas dan tegas terhadap rezim pendudukan (Israel) semisal Suriah, Libanon, dan Iran,” ujar al-Zahar, seperti dilansir al-Nahda News dan dikutip Rai al-Youm, Rabu (10/7/2019).
Al-Zahar dalam wawancara dengan al-Nahda News menyebutkan bahwa Suriah “merasa terluka oleh apa yang terjadi pada hubungan” antara Damaskus dan Hamas.
Baca: Tahun ini, 16 Anak Palestina di Gaza Meninggal di Tangan Israel
“Sebelum krisis, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah membukakan untuk kami kepada seluruh dunia. Kami dulu melakukan pergerakan di Suriah sebagaimana kami bergerak di Palestina. Tapi tiba-tiba hubungan ini runtuh akibat krisis Suriah. Saya kira, lebih baik tidak meninggalkannya, tidak masuk bersamanya, maupun anti terhadapnya pada jalur-jalur krisis,” lanjut al-Zahar yang juga mantan menteri luar negeri Palestina.
Menurut al-Zahar, hubungan semula Hamas dengan para pemimpin Suriah terepresentasi oleh Presiden al-Assad hingga mengalami kemajuan pesat. Dia mengaku berkunjung ke Suriah ketika menjabat sebagai menteri luar negeri Palestina pada tahun 2006.
“Saat itu saya mengambil keputusan-keputusan penting dari dalam kantor al-Assad, antara lain penerimaan Suriah atas para pengungsi Palestina yang terkatung-katung di perbatasan Yordania-Irak,” terangnya.
Baca: 450 Pengungsi Palestina di Yunani Hidup Mengenaskan
Dia menilai Presiden Suriah “tidak ragu dalam memenuhi permintaan (al-Zahar) dalam kapasitasnya sebagai menteri luar negeri.”
Dia menambahkan bahwa Suriah membuka pintu bukan hanya bagi Hamas, melainkan juga kepada semua organisasi Palestina.
“Kita harus meneriakkan pernyataan yang benar dan jujur, walaupun pendirian ini tidak dihargai oleh banyak orang,” tuturnya.
Ketika krisis pemberontakan dan terorisme baru melanda Suriah, hubungan Hamas dengan Damaskus memburuk hingga terputus total. Para pemimpin Hamas pindah ke ibu kota negara-negara lain, terutama Doha, Qatar, setelah pemerintah Suriah menutup kantor-kantor Hamas di Damaskus menyusul tersadapnya data dan informasi dukungan Hamas kepada kelompok-kelompok pemberontak Suriah. Pemerintahan al-Assad menganggap Hamas menyokong terorisme di Suriah.
Sejak sekira satu bulan lalu desas-desus mengenai pemulihan hubungan Hamas dengan Damaskus menguat hingga kemudian ditepis oleh Damaskus manakala kantor kepresidenan Suriah merilis pernyataan al-Assad tentang Hamas, yang antara lain menyebutkan; “Pendirian Suriah dalam masalah ini bersifat mendasar, yang semula berasumsi bahwa Hamas adalah gerakan perlawanan anti Israel, tapi kemudian terungkap bahwa darah Ikwani (Ikhwanul Muslimin, red.) dominan pada gerakan ini ketika menyokong para teroris di Suriah dan berjalan di jalur yang justru dikehendaki oleh Israel.” (mm/raialyoum)