[Video:] Tegas dan Tajam, Ini Pidato Lengkap Presiden Suriah pada KTT Liga Arab ke-32 di Jeddah

0
228

Jeddah, LiputanIslam.com   Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk pertama kalinya sejak 12 tahun silam mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab.

Pada KTT ke-32 yang berlangsung di Jeddah, Arab Saudi, Jumat (19/5), dia mendapat sambutan hangat dari tuan rumah dan para peserta lain, serta menyampaikan pidato yang antara lain menyebut KTT ini “peluang historis” untuk mengatasi krisis di seluruh kawasan Timur Tengah.

Berikut ini adalah teks terjemahan pidato lengkap Presiden Suriah Bashar Al-Assad:

Yang Mulia Pangeran Mohamed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi, serta para hadirin sekalian yang mulia.

Dari mana seseorang memulai pembicaraannya, sementara aneka peristiwa krusial tak lagi mengitari, melainkan sudah menjadi kenyataan? Dimulai dari harapan yang mendorong untuk melangkah maju dan bertindak. Ketika penyakit sudah berkomplikasi, seorang dokter bisa saja menyembuhkannya sedirian,

dengan catatan dia mengobati penyakit utama yang menjadi biang keroknya. Jadi, kita harus membahas isu-isu besar yang mengancam masa depan kita dan menimbulkan krisis kita supaya kita tak tenggelam dan menenggelamkan generasi-generasi mendatang dengan cara menyembuhkan gejala, bukan penyebabnya.

Pada ancaman terdapat resiko sekaligus peluang. Kita sekarang berhadapan dengan peluang untuk mengubah situasi internasional yang bermanifesi dalam dunia monopolar sebagai hasil dominasi Barat, yang tak mengenal prinsip, moral, kawan dan mitra. Ini merupakan peluang historis untuk memulihkan urusan kita dengan campur tangan asing seminimal mungkin.

Dan ini menuntut peninjaun ulang pengabilan sikap kita di dunia yang sedang berproses sekarang, supaya kita menjadi bagian yang aktif di dalamya,

berinvestasi pada bagian-bagian positif yang muncul dari rekonsiliasi-rekonsiliasi yang mendahului KTT ini, dan mencapainya. Ini merupakan peluang untuk mengonsolidasikan budaya kita dalam menghadapi erosi yang akan terjadi pada liberalisme modern, yang menyerang afiliasi-afiliasi bawaan manusia, menceraikannnya dari moral dan identitasnya, dan bertujuan mendefinisikan identitas ke-Araban kita pada dimensi peradabannya dalam kondisi tertuduh secara semena-mena  sebagai rasisme dan chauvinisme, supaya identitas ini berkonflik dengan komponen-komponen natural kebangsaan, etnik dan keagamaan lalu mati,  dan mati pula komunitas-komunitas masyarakat kita akibat konflik dengan dirinya, bukan dengan pihak lain.

Ada banyak isu, yang kata-kata dan pertemuan-pertemuan puncak tak kan cukup tuk menjangkau semuanya.  Ini tak bermula pada kejahatan entitas Zionis – yang tercampakkan di mata Arab-  terhadap bangsa resistensi Palestina,  tak berakhir pada bahaya paham ekspansionistik Ottomanisme yang dicangkokkan dengan rasa persaudaraan yang menyimpang, dan tidak terlepas dari tantangan pembangunan sebagai prioritas utama masyarakat pembangunan kita.

Di sini tibalah peran Liga Arab sebagai panggung yang alami untuk diskusi aneka isu dan penyembuhannya, dengan syarat ada pengembangan pada sistem sistem kerjanya  dengan meninjau konteks dan sistem internal serta pengembangan mekanismenya agar berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Aksi bersama Arab membutuhkan visi, strategi, dan tujuan bersama, yang kemudian kita ubah menjadi rencana-rencana  implementatif; membutuhkan kebijakan terpadu,

prinsip yang tegas, serta mekanisme dan kontrol yang jelas. Ketika itu kita akan beralih dari reaksi ke antisipasi peristiwa, dan Liga Arab akan menjadi sebuah jalan keluar jika terjadi blokade,  tanpa mitra; menjadi tempat perlindungan dari agresi, bukan pijakan bagi agresi. Adapun masalah yang menjadi perhatian kita setiap hari, dari Libya hingga Suriah, Yaman dan Sudan,

dan banyak masalah lain di berbagai kawasan, kita tidak dapat mengobati penyakit dengan mengobati gejalanya, karena semua masalah ini

adalah hasil dari persoalan-persoalan yang lebih besar yang tak disembuhkan sebelumnya.  Mengenai beberapa di antaranya,  perlu mengatasi perpecahan yang muncul di gelanggang Arab selama dekade terakhir, dan mengembalikan peran Liga Arab sebagai penyembuh luka, bukan sebagai penambah keparahannya.

Dan yang terpenting ialah penyerahan masalah internal kepada rakyatnya, karena merekalah yang dapat mengelola urusan mereka,  dan kita hanya perlu mencegah campur tangan eksternal di negara mereka dan membantu mereka semata jika ada permintaan.

Adapun Suriah, masa lalunya,  masa sekarang dan masa depannya adalah Arabisme, tapi Arabisme yang berbasis afiliasi, bukan Arabisme berbasis pangkuan.  Sebab pangkuan akan temporal, sedangkan afiliasi bersifat permanen, dan orang bisa jadi beralih dari satu pengakuan ke pangkuan lain karena faktor tertentu,

tapi ini tak mengubah afiliasinya. Bahwa ada orang yang mengubah afiliasinya maka sejak semula dia memang tak berafilasi. Siapa berada di jantung tidaklah berada di pangkuan,  dan Suriah adalah jantung Arabisme dan di jatung Arabisme. Hadirin sekalian, kita mengadakan KTT ini di dunia yang bergejolak.

Harapan akan mencuat dengan adanya pendekatan Arab-Arab serta Arab-regional dan internasional. Apa yang menjadi puncak harapan saya di KTT ini  ialah terbentuknya awal dari babak baru aksi Arab untuk solidaritas di kita demi perdamaian di kawasan kita; untuk pertumbuhan dan perkembangan, alih-alih perang dan kehancuran.

Demi mematuhi ketentuan lima menit kata sambutan, maka saya berterima kasih kepada para ketua delegasi yang telah mengungkapkan simpati yang begitu mendalam kepada Suriah, dan saya membalasnya dengan balasan sepadan. Saya juga berterima kasih kepada Khadim Al-Haramain al-Syarifain (Raja Saudi) atas peran besar yang telah dilakukan,  serta jerih payah yang telah dikerahkan demi memperkuat rekonsiliasi di kawasan kita, dan menyukseskan KTT ini.

Saya berharap untuknya, dan untuk Yang Mulia Putra Mahkota serta rakyat Saudi semoga terus maju dan berkembang. Wasalamulaikum wr.wb.  (mm/sahara)

 

DISKUSI: