Syiah di Amirli Dikepung ISIS, Ulama Sunni Irak Kecam Diskriminasi AS
Baghdad, LiputanIslam.com – Sikap diskriminatif Amerika Serikat (AS) dalam menunjukkan kepedulian dan pembelaan terhadap korban kekejaman kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mendapat kecaman dari Jamaah Ulama Islam Irak yang merupakan lembaga ulama Sunni paling berpengaruh di Irak.
Ketua Jamaah Ulama Islam Irak, Syeikh Khaled al-Mala dalam statemennya di Baghdad Rabu (20/18) menyatakan bahwa AS begitu peduli dan menunjukkan reaksi ketika yang menjadi korban di Irak utara adalah warga minoritas Kristen dan Yazidi, sedangkan ketika yang menjadi korban adalah warga minoritas lain, terutama Syiah di kota Amirli, AS memilih bungkam.
“Dunia bereaksi ketika menyaksikan kondisi beberapa warga minoritas di Irak utara mengenaskan, tapi di saat yang sama mereka melupakan dan tidak melihat kasus pembantaian dan pengepungan penduduk Syiah Amirli,” ungkap Syeikh al-Mala, sebagaimana dikutip IRNA.
Dia menyerukan kepada dunia supaya memberikan kepedulian yang sama dan segera membantu warga Syiah kota Amirli yang juga dikepung oleh gerombolan bersenjata ISIS. Dia meminta kepada semua negara sahabat Irak tidak menerapkan standar ganda dalam upaya menyelamatkan warga di Irak utara.
Dia mengingatkan bahwa sewaktu-waktu tragedi kemanusiaan bisa terjadi jika ISIS berhasil memasuki dan menguasasi kota kecil yang terletak di selatan kota Kirkuk tersebut.
Para pejabat lokal Amirli di kawasan Tuz Khormato, provinsi Salahuddin, sejak tiga hari lalu meminta segera dikirim bantuan kemanusiaan dan dilakukan upaya pemecahan kepungan ISIS tersebut. Mereka menyakan sudah lebih dari 70 hari kota itu dikepung ISIS . Penduduk setempat melawan ISIS dengan perlengkapan seadanya, dan kini kondisi mereka terus melemah akibat minimnya air dan bahan makanan.
ISIS sendiri setiap hari melancarkan serangan untuk menguasai kota itu. Parlemen Irak sudah sudah berpikir keras untuk menanggulangi masalah ini sejak beberapa hari lalu.
Para pejabat dan komandan pertahanan di wilayah yang dihuni oleh sekitar 20,000 penduduk itu meminta militer Irak segera mendatangi lokasi untuk mengusir kawanan ISIS dan mengirim bantuan kemanusiaan secepatnya melalui udara. Para pejabat itu mengingatkan bahwa tragedi genosida seperti yang terjadi Srebenica di Bosnia tahun 1995 akan terulang di Irak jika bantuan terlambat datang.
Sejauh ini AS maupun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta Dewan Keamannya sama sekali tidak menyinggung situasi genting di Armili. Hal ini tak urung membangkitkan reaksi kecaman dari publik Irak, termasuk kalangan Sunni. (mm)