Suriah Pasca Pembebasan Distrik Nubl dan Zahra

0
675

bendera suriah di utara aleppoLiputanIslam.com – Keberhasilan pasukan Suriah dan sekutunya memecah blokade kawanan teroris terhadap distrik Nubl dan Zahra yang dihuni oleh warga Muslim bermazhab Syiah berimbas bukan hanya di medan pertempuran, melainkan juga terhadap proses politik negara ini.

AFP dari Damaskus melaporkan bahwa kemenangan demi kemenangan yang dicapai pasukan Suriah di bagian utara negara ini menimbulkan keresahan pada kubu negara-negara musuh Suriah. Hanya selang beberapa jam setelah tersiarnya kabar pembebasan Nubl dan Zahra, Arab Saudi dalam reaksi pertamanya berusaha mengulur waktu perundingan Suriah guna mencari terobosan untuk mengubah percaturan militer di lapangan. Riyadh menginstruksikan kepada kubu pemberontak Suriah menangguhkan perundingan supaya Turki dapat mengatur kekuatan militernya di perbatasan Suriah. Tak hanya itu, Riyadh juga mengumumkan kesiapannya untuk mengirim pasukan ke Suriah dengan kedok menumpas kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Reaksi itu menunjukkan bahwa Nubl dan Zahra selama ini merupakan kartu kemenangan di tangan kubu musuh Suriah dan pemberontak negara ini dan menjadi andalan mereka untuk menekan Damaskus dan memaksakan agenda-agenda politiknya.

Buyarnya blokade terhadap dua distrik tersebut serta pembebasan berbagai kawasan sekitarnya, terutama jalur Aleppo – Azaz sangat berpotensi menghasilkan perkembangan besar dan krusial dalam operasi militer Suriah di bagian utara Rif Aleppo. Perkembangan yang sudah terlihat antara lain cepatnya proses penyisiran dan pembersihan kawasan utara Aleppo dan totalnya kepungan pasukan Suriah terhadap kawasan-kawasan yang dikuasi kelompok-kelompok teroris di timur Aleppo. Kemudian, jatuhnya kawasan perbukitan di timur Aleppo ke tangan pasukan Suriah membuat kelompok-kelompok itu terdesak dan hanya dapat bertahan.

Koalisi Turki-Qatar yang ditahap-tahap sebelumnya menugaskan Jabhah al-Nusra supaya membuntukan prakarsa utusan khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura untuk penerapan gencatan senjata di Aleppo dan penghentian serangan roket ke Nubl dan Zahra sekarang praktis menjadi kehilangan maknanya.

Hal ini juga memperlihatkan betapa pentingnya Nubl dan Zahra dalam perhitungan negara-negara regional pendukung kelompok-kelompok teroris di Suriah. Padahal mereka juga memiliki perhitungan yang sama untuk dua distrik lain yang juga dihuni oleh warga Syiah, yaitu Kafaria dan distrik Foua di utara Rif Aleppo yang sampai sekarang masih berada dalam kepungan kelompok teroris Jabhah al-Nusra dan kelompok-kelompok lain yang beraliansi dengannya.

Dengan demikian, tema kepungan terhadap beberapa kawasan atau upaya untuk menguasai kawasan-kawasan Syiah di Suriah lebih mencerminkan refleksi faham takfiri dan sektarianisme rezim-rezim Arab reaksioner di kawasan yang selama ini menyokong kelompok-kelompok takfiri dan berperan sebagai pelaksana prakarsa-prakarsa duet Amerika Serikat dan Israel, termasuk prakarsa Timur Tengah Raya.

Imbas pertama pembebasan distrik Nubl dan Zahra adalah menguapnya angan-angan Turki untuk menciptakan zona penyangga (buffer zone) di wilayah utara Suriah. Ankara semula bersikukuh merealisasikan angan-angannya itu karena dapat menjurus pada terbentuknya negara kecil untuk Jabhah al-Nusra dan menjadi awal keterbelahan Suriah.

Kemenangan tentara Suriah tersebut juga sangat berpotensi mengubah perimbangan dan percaturan militer di front utara Suriah, antara lain percepatan proses penutupan perbatasan Turki bagi kelompok-kelompok teroris dan pemberontak sehingga terbendunglah suplai militer dan logistik bagi mereka.

Pada kesimpulannya, pembebasan Nubl dan Zahra patut dicatat sebagai satu langkah besar dalam perkembangan situasi Suriah, terutama dalam konteks lapangan yang tentunya juga akan sangat menentukan dalam pengambilan keputusan di meja perundingan. Dan dalam proses itu kubu musuh Suriah dan penyokong terorisme hampir pasti akan mengubah sikap dan pendiriannya terkait kemelut Suriah. (mm)

DISKUSI: