Saudi Umumkan Penghentian Serangan ke Yaman
Riyadh, LiputanIslam.com – Berbagai media Arab Saudi dalam berita segeranya dari Riyadh, ibu kota negara ini, Selasa malam (21/4) melaporkan penghentian serangan udara ke Yaman bersandi “Badai Mematikan” yang dilancarkan koalisi Arab pimpinan Saudi. Disebutkan bahwa penghentian serangan dimulai pada pertengahan malam pukul 24.00 waktu Mekkah al-Mukarramah.
Berita gencatan senjata ini beredar setelah operasi itu berjalan hampir satu bulan penuh dan telah merenggut nyawa sekitar 1,000 warga sipil, termasuk perempuan dan anak kecil, dan melukai sekitar 4,000 lainnya.
Serangan ini mendapat kecaman dari berbagai lembaga HAM internasional, sementara banyak pakar Timteng memperkirakan serangan itu tidak akan dapat membuat target Saudi dan sekutunya tercapai. Namun demikian, pemerintah Riyadh mengklaim serangan itu berhasil mengatasi ancaman terhadap Saudi dan negara-negara Arab lain di sekitarnya.
Dalam statemen yang dilansir kantor berita Saudi, SPA, menjelang pergantian hari pada Selasa tengah malam, Kementerian Pertahanan Saudi menyatakan, “Operasi Badai Mematikan telah berhasil mencapai tujuan-tujuannya… (termasuk) mengatasi ancaman bagi keamanan Arab Saudi dan negara-negara tetangganya, terutama terkait senjata berat.”
Statemen itu menambahkan, “Dengan diakhirinya operasi ini maka dimulailah ‘Operasi Pemulihan Harapan’ dengan tujuan sebagai berikut; melanjutkan perlindungan terhadap warga sipil, melanjutkan perang melawan terorisme, melanjutkan evakuasi warga negara asing serta pertolongan intensif dan bantuan medis kepada rakyat Yaman.”
Beberapa saat usai pengumuman gencatan senjata, juru bicara pasukan koalisi pimpinan Saudi, Brigjen Ahmad Assiri, mengatakan pihaknya masih akan terus memantau pergerakan milisi Ansarullah di Yaman.
“Koalisi masih kontinyu mencegah milisi Houthi dari pergerakan atau dari operasi apapun di dalam Yaman,” katanya kepada wartawan di Riyadh, sebagaimana dikutip Reuters.
Dia menambahkan, “Operasi Pemulihan Harapan telah dimulai dan operasi ini merepresentasikan kombinasi tindakan politik, diplomatik dan militer.”
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa tidak tertutup kemungkinan serangan udara terhadap Yaman masih akan dilanjutkan.
Beberapa jam sebelum pengumuman gencatan senjata Yaman, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Arab dan Afrika, Hossein Amir Abdollahian, menyatakan pihaknya optimis serangan udara ke Yaman akan segera dan dihentikan dan semua pihak yang bertikai di Yaman akan kembali berunding.
“Kami optimis dalam beberapa jam mendatang berbagai kelompok di Yaman akan kembali ke meja perundingan dan berusaha memperkuat proses politik di negara ini,” katanya, sebagaimana dilansir IRNA.
Iran yang mendukung milisi Houthi kerap dituduh oleh Saudi dan sekutunya campurtangan di Yaman, namun Iran menepis tuduhan itu dan balik mengecam keras serangan mereka ke Yaman.
Sebagaimana pernah diberitakan sebelumnya, dalam operasi itu Saudi dan sekutunya telah melakukan 2,300 kali penerbangan jet tempur canggih dan telah menjatuhkan bahan peledak sebanyak lebih dari 600 ton atau hampir setara dengan ledakan seperempat ledakan bom atom yang menghancurkan kota Hiroshima, Jepang, dalam Perang Dunia II pada Agustus 1945.
Negara-negara yang terlibat dalam operasi ini adalah Arab Saudi dengan mengerahkan F-15 buatan Amerika Serikat (AS) dan jet Tornado buatan Inggris, Uni Emirat Arab dengan F-16 buatan AS dan Mirage 2000 buatan Perancis, Kuwait dengan F-18 buatan AS, Qatar dengan Miraga 2000, serta Yordania dan Maroko dengan F-16. (Baca: Ledakan “Badai Mematikan” Hampir Setara Dengan 1/4 Ledakan Bom Atom Hiroshima)
(mm)