Relawan Tak Boleh Masuk ke Mosul, Perang Jadi Berkepanjangan
Baghdad, LiputanIslam.com – Sekjen gerakan al-Nujaba, salah satu komponen relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, Syeikh Akram al-Kaabi, Kamis (22/12/2016), menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) merupakan negara yang menjadi penyebab utama keterhambatan operasi militer Irak untuk pembebasan Mosul, ibu kota provinsi Nineveh, Irak utara.
Menurutnya, operasi pembebasan Mosul semula berjalan lancar, tapi kemudian terhambat oleh berbagai intervensi negatif koalisi internasional pimpinan AS.
Dia menjelaskan bahwa perang Mosul berkepanjangan dan memakan waktu lama karena relawan Irak al-Hashd al-Shaabi tidak diperbolehkan masuk ke kota kedua terbesar di Irak ini, dan tentara AS tidak dienyahkan dari pangkalan al-Qayarah dan dijauhkan dari medan laga.
Dia prihatin karena Mosul seharusnya sudah bisa dibebaskan sebelum akhir tahun 2016, tapi kenyataannya sampai sekarang baru 50 persen wilayah Mosul timur yang berhasil dibebaskan. Kelambanan ini terjadi karena zona udara provinsi Nineveh dikuasai oleh tentara AS. Selain itu, gerak maju pasukan al-Hasdh al-Shaabi di poros barat Mosul juga lamban akibat tekanan AS dan Turki.
“Hanya rezim Zionis serta imperialis Barat, AS dan Inggris, yang diuntungkan oleh ketegangan regional, sedangkan Arab Saudi hanya membuntuti dan menjadi eksekutor rencana-rencana Zionis,” katanya.
Sekjen gerakan al-Nujaba yang sebagian pasukannya dewasa ini ikut berperang melawan teroris di Suriah dengan persetujuan pemerintah Damaskus ini melanjutkan bahwa kebersamaan perang Mosul dan Aleppo telah menjatuhkan mental musuh dan menjadi pukulan besar bagi para pendukung terorisme.
“Keterlibatan para pejuang al-Nujaba dalam pembebasan Aleppo sedemikian aktif sehingga terlihat sekali dari air mata AS di Dewan Keamanan PBB dan tuduhan-tuduhan mereka terhadap al-Nujaba,” ujarnya.
Syeikh Akram al-Kaabi menyebut wakil tetap AS di PBB Samantha Power sebagai pejabat media takfiri di Suriah dan bermaksud mencantumkan nama gerakan al-Nujaba dalam daftar organisasi teroris.
“Kemenangan di Aleppo merupakan kemenangan bukan hanya atas kelompok-kelompok takfiri, melainkan juga atas kejahatan AS, Israel dan Inggris,”tegasnya.
Lebih jauh dia menyebut Republik Islam Iran sebagai satu-satunya negara yang senantiasa berpihak pada poros muqawamah (resistensi) Islam di Irak dan ikut merasakan penderitaan bangsa Irak. (mm/irna)