Pusat Reaksi Terhadap Pelanggaran Gencatan Senjata Suriah Akan Dibentuk di Jenewa
Moskow, LiputanIslam.com – Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov menyatakan negaranya dan Amerika Serikat (AS) di Jenewa, Swiss, akan membentuk badan pusat pemantauan gencata senjata di Suriah, dan dalam badan ini militer kedua negara akan mengambil keputusan mengenai tindakan yang ditempuh terhadap pelanggaran gencatan senjata sesuai evaluasi dan pertukaran data dan informasi kedua pihak.
“Dalam perundingan dengan utusan Sekjen PBB urusan Suriah, Staffan de Mistura, telah disepakati bahwa lembaga ini akan memberi tentara Rusia dan AS fasilitas yang memadai untuk beroperasi dan memulai aktivitas pusat reaksi terhadap pelanggaran gencara senjata,” ujarnya, sebagaimana dilansir situs Kemlu Rusia, Rabu (4/5).
Dia mengatakan bahwa dengan selalu melakukan pertukaran informasi akan tersedia peluang bagi kedua pihak untuk melakukan evaluasi sebelum kemudian menunjukkan reaksi yang relefan bagi setiap pelanggaran.
“Tak seperti pusat pemantauan Rusia Hmeimim, Suriah, pasukan Rusia dan AS di Jenewa akan berdampingan mempelajari persoalan Suriah, dan ini merupakan satu langkah penting dan maju menuju peningkatan koordinasi Rusia, AS dan koalisi pimpinan negara ini,” lanjutnya.
Ribuan Eksterimis Mengalir Dari Turki
Menlu Rusia juga menyatakan pihaknya pratin atas berlanjutnya penyusupan para teroris dari Turki ke Suriah. Karena itu, sebagaimana dilansir Interfax, Selasa (4/5), dia menegaskan bahwa para teroris itu harus dikeluarkan dari Suriah. Dia menilai situasi sekarang belum kondusif untuk perundingan langsung Suriah di Jenewa.
“Optimalisasi gencatan senjata di Suriah hanya bisa dilakukan apabila mitra Moskow dapat mengeluarkan kelompok-kelompok oposisi dari kawasan yang dikuasai oleh para teroris,” lanjutnya.
Sementara itu, Menteri Informasi Suriah Omran al-Zoubi dalam wawancara dengan al-Manar, Selasa (4/5), mengatakan bahwa hanya kurun waktu beberapa hari terakhir ini saja sudah ada 6000 ribu kawanan bersenjata yang masuk ke Suriah melalui wilayah Turki.
Dia menambahkan bahwa kelompok-kelompok bersenjata menyerang tentara Suriah dan warga sipil di Aleppo dengan instruksi Arab Saudi dan Turki, sementara khalayak dunia bungkam di depan kejahatan mereka di kota tersebut. (mm)