Puluhan Warganya Dipenggal ISIS, Mesir Pelajari Kemungkinan Serangan ke Libya
Kairo, LiputanIslam.com – Dewan Pertahanan Nasional Mesir menggelar sidang darurat atas instruksi Presiden negara ini, Abdel Fattah el-Sisi, menyusul perilisan video pemenggalan kawanan teroris ISIS terhadap 21 warga Kristen Koptik Mesir.
Tanpa menyebutkan laporan lebih detail, Alarabiya memberitakan bahwa Mesir sedang mempelajari opsi serangan militer terhadap ISIS di Libya.
Beberapa jam lalu ISIS kembali memamerkan kepada dunia aksi bengisnya dengan merilis video pemenggalan 21 sandera Kristen Koptik Mesir.
Sebelum itu, cabang teroris ISIS di Libya yang menamakan dirinya Wilayat Tripoli merilis statemen berisikan pernyataan bertanggungjawab atas penyanderaan 21 warga Kristen Mesir tersebut di Libya.
Dalam video yang dirilis Minggu (15/02/2015) itu terlihat sejumlah pekerja asal Mesir yang mengenakan pakaian serba oranye dipenggal di sisi pantai.
Al-Jazeera melaporkan bahwa sedikitnya 20 warga Mesir telah diculik oleh pada awal tahun ini di kota pantai Sirte di bagian timur Libya.
Dalam video berjudul “Pesan Bercap Jempol Darah Untuk Bangsa Salib” ISIS menyatakan bahwa pembunuhan itu merupakan pesan langsung untuk “musuh, gereja Mesir”. Dengan menggunakan bahasa Inggris, seorang anggota ISIS dalam video itu menyatakan bahwa pemenggalan dilakukan sebagai balasan atas “pembunuhan seorang wanita Muslim oleh para salibis Koptik Mesir”.
Menyusul aksi pemenggalan ini Presiden el-Sisi menginstruksikan rapat darurat para petinggi keamanan nasional Mesir serta mengumumkan tujuh hari masa berkabung nasional.
Gereja Koptik Ortodoks Mesir menyatakan pihaknya yakin bahwa para pelaku pemenggalan itu suatu saat akan terhukum atas kekejamannya.
“Gereja Ortodoks… percaya bahwa negerinya tidak akan tenang sampai para pelaku kejahatan itu mendapat balasan yang setimpal atas kejahatannya,” ungkap Gereja Ortodoks Mesir dalam statemennya yang dipublikasikan melalui jejaring sosial Facebook.
Universitas al-Azhar Mesir menyebut pembantaian secara kejam itu sebagai aksi barbarisme.
“Al-Azhar menegaskan bahwa aksi barbarisme itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama ataupun norma-norma kemanusiaan,” ungkap al-Azhar. (mm)