Presiden Palestina di PBB Sebut Israel Penjahat Perang, AS Kebakaran Jenggot
New York, LiputanIslam.com – Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pidato pada sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Jumat (26/9) meminta supaya pendudukan Israel terhadap berbagai wilayah Palestina segera dihentikan. Dia juga menyebut Israel telah melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza sehingga harus diadili. Pernyataan ini lantas dinilai Amerika Serikat (AS) sebagai provokatif dan kontraproduktif, sementara Komisi Palestina Gerakan Non-Blok (GNB) hari ini Sabtu (27/9) menggelar pertemuan tingkat menteri luar negeri (menlu) di New York dengan pimpinan Menlu Irak Mohammad Javad Zarif.
“Pendudukan oleh imigran ini harus dihentikan, ada pendudukan yang harus segera dihentikan, ada bangsa yang harus dibebaskan secepatnya, dan lonceng sudah berbunyi untuk kemerdekaan negara Palestina,” ungkap Abbas dalam pidatonya selama 30 menit di atas podium PBB, sebagaimana dilansir Alalam.
“Perang yang terjadi belum lama ini terhadap Gaza merupakan serangkaian kejahatan perang yang total dan telah disiarkan langsung di depan mata dan telinga seluruh khalayak dunia saat demi saat. Karena itu tidak masuk akal apabila ada orang mengaku tidak mengetahui tingkat kejahatan yang ada. Tidak masuk akal pula apabila sebagian orang merasa puas dengan menyatakan dukungan kepada hak bela diri (Israel) tanpa mengindahkan nasib ribuan korban dari anak-anak bangsa kami,” lanjut Abbas.
Dia lantas bersumpah bahwa bangsa Palestina harus dapat menghukum penjahat perang.
“Atas nama Palestina dan bangsanya, sekarang di sini saya menegaskan bahwa kami tidak akan melupakan, tidak akan memaafkan, dan tidak akan membiarkan para pejahat perang lolos dari hukuman,” tegasnya.
Pernyataan Presiden Palestina tersebut rupanya membuat pemerintah Amerika Serikat (AS) kebakaran jenggot. Menanggapi pidato itu Juru
Bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki menyebut pidato Abbas “provokatif”.
“Pidato Abbas hari ini mengandung karakterisasi ofensif yang kami sangat tidak menyetujuinya dan kami menolaknya,” ungkap Psaki, sebagaimana dikutip Associated Press dan dimuat pula oleh situs koran Israel Haaretz .
Dia menambahkan, “Pernyataan provokatif seperti itu justru kontraproduktif dan mengusik upaya menciptakan suasana positif dan mengembalikan kepercayaan semua pihak.”
Sementara itu, Komisi Palestina GNB menggelar pertemuan tingkat menlu di bawah pimpinan menlu Iran Mohammad Javad Zarif di markas PBB, New York, AS.
Sebagaimana dilaporkan IRNA, dalam pertemuan ini mula-mula perwakilan Palestina menyampaikan laporan mengenai perkembangan terakhir Palestina serta program pemerintah otonomi Palestina untuk mengajukan draft resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai penentuan tenggat waktu bagi diakhirinya aksi pendudukan kaum Zionis terhadap wilayah Palestina. Setelah itu, para menlu dari Kuba, Zimbabwe, Aljazair, Indonesia, Sinegal, dan India serta Wakil Menlu Mesir dan Duta Besar Malaysia dan Afrika Selatan bergantian menyampaikan pidatonya.
Sedangkan menlu Iran dalam pidato pembukaan menyatakan prihatin karena Israel sulit untuk diharapkan tidak mengulangi agresinya terhadap Palestina di masa mendatang. Namun demikian, dia juga mengingatkan adanya perkembangan positif di mana masyarakat dunia dan banyak negara semakin menyadari kebenaran pihak Palestina dan agresivitas Rezim Zionis Israel. (mm)