Pertempuran Berlanjut di Sudan, PBB Perkirakan 800,000 Orang Mengungsi

0
333

Khartoum, LiputanIslam.com  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (1/5), menyatakan bahwa lebih dari 800.000 orang dapat melarikan diri dari Sudan, mengingat pertempuran yang sedang berlangsung antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di ibu kota, Khartoum, meskipun gencatan senjata untuk sementara waktu telah diumumkan dan evakuasi oleh negara asing dihentikan.

Ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka selama lebih dari dua minggu pertempuran akibat memuncaknya konflik lama antara kedua pihak yang bertikai hingga menjadi pertempuran sejak 15 April.

Peluang tampaknya tipis untuk solusi cepat atas krisis ini, yang telah menyebabkan bencana kemanusiaan, menimbulkan banyak kerusakan di berbagai kawasan di Khartoum, meningkatkan risiko polarisasi kekuatan regional, dan memicu kembali konflik di wilayah Darfur.

Pada Ahad lalu kedua belah pihak sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam. PBB mengatakan kepada Reuters bahwa kedua pihak dapat mengadakan pembicaraan tentang gencatan senjata di Arab Saudi, namun suara serangan udara dan tembakan anti-pesawat berkecamuk pada Senin pagi dan asap mengepul di angkasa Khartoum, dan kota-kota terdekat.

Asisten Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Raouf Mazou,  mengatakan bahwa UNHCR memperkirakan sebanyak  815.000 orang keluar dari Sudan, termasuk 580.000 orang Sudan, selain pengungsi asing yang sekarang tinggal di negara tersebut.

Dia menambahkan bahwa sekitar 73.000 orang telah meninggalkan negara itu. Muhammad Izz al-Din, seorang warga Sudan yang keluar dari Khartoum mengatakan kota itu telah berubah total.

Dia sempat meninggalkan Khartoum dan kemudian kembali lagi karena masuknya pengungsi menyebabkan kenaikan biaya akomodasi di luar ibu kota.

“Kami melihat mayat di jalanan. Kami melihat pabrik-pabrik yang dijarah dan sekelompok orang yang menarik televisi dari punggung mereka dan membawa ponsel yang telah mereka rampas dari pabrik-pabrik tersebut,” ungkapnya.

Banyak yang mengkhawatirkan nyawa penduduk di tengah perebutan kekuasaan di seluruh negeri antara para pemimpin kedua pihak yang berkonflik, yang sempat berbagi kendali pemerintahan setelah kudeta 2021, tetapi berselisih mengenai rencana untuk kembali ke pemerintahan sipil.

Puluhan ribu orang Sudan telah meninggalkan rumah mereka, dan beberapa berkerumun di pusat-pusat seperti Atbara, di Khartoum timur laut, saat mereka memikirkan apa yang harus dilakukan atau pergi ke perbatasan dengan Mesir atau Chad. (mm/raialyoum)

Baca juga:

Gencatan Senjata Diperjang di Sudan, Tapi Situasi Tetap Tegang

19 Negara, Termasuk Mesir, Saudi, UEA, Aljazair, Iran dan Indonesia Siap Bergabung dengan BRICS

DISKUSI: