Pemimpin Ansarullah Yaman: Kami Masih dalam Suasana Perang, dan Kesabaran akan Habis
Sanaa, LiputanIslam.com – Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman, Sayid Abdul Malik Badruddin al-Houthi, menegaskan bahwa Yaman sekarang masih berada dalam suasana perang, meski reda dari segi eskalasi militer.
Dalam pidato pada haul Sayid Husein Badruddin Al-Houthi, Jumat (17/2), dia memperingatkan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dengan mengatakan, “Kesabaran kami akan habis jika kalian tidak memulai pemahaman yang serius dan praktis dalam masalah kemanusiaan dan mata pencaharian.”
Dia juga mengatakan, “Kami berada dalam keadaan perang terus menerus, tidak dalam perjanjian gencatan senjata, dan ada pengurangan eskalasi sehubungan dengan mediasi Oman. Kami berterima kasih kepada saudara-saudara di Kesultanan Oman, mereka yang berurusan dengan kami berdasarkan prinsip ketetanggaan yang baik, dan kami menghargai upaya mereka dan berusaha untuk memberi mereka kesempatan yang memadai untuk keberhasilan usaha mereka.”
Sayid Abdul Malik Al-Houthi menegaskan kembali bahwa pihaknya dalam semua perundingan tidak dapat mengabaikan masalah kemanusiaan.
“Kita tidak akan tinggal diam dalam hal ini, dan tidak akan menyia-nyiakan prioritas ini dengan mengorbankan prioritas lain,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, “Ketika kami memberikan waktu untuk negosiasi dan dialog, ini tidak berarti bahwa kami akan melanjutkan tanpa batas waktu. Waktu mungkin akan habis, dan kami dapat kembali ke opsi mendesak untuk mendapatkan hak rakyat kami atas kekayaan mereka. ”
Dia menambahkan, “Salah satu langkah yang kami ambil pada tahap saat ini adalah mencegah penjarahan minyak dan mencegah ekspornya ke luar negeri dan pencurian harganya, dan kami berhasil, alhamdulillah, dalam hal ini.”
Dia menyebutkan bahwa pasukan rudal Yaman berhasil menyerang salah satu pipa di Pelabuhan Hadhramaut dalam sebuah operasi pencegahan penjarahan minyak.
Dia juga menegaskan bahwa bangsa Yaman siap menghadapi segala kemungkinan, termasuk perang dan kapanpun.
“Kebebasan kami berpangkal pada agama kami, jika mereka menginginkan perdamaian maka jalurnya jelas dan terbuka, yaitu masalah kemanusiaan, dan tujuannya adalah diakhirinya perang, blokade dan pendudukan,” ujarnya.
Dia menekankan bahwa semua dialog atau kesepakatan harus menjurus pada penarikan pasukan pendudukan dan peniadaan campur tangan dalam urusan internal Yaman.
Mengenai isu Palestina dia mengatakan, “Kami sebagai bangsa Yaman siap menghadapi segala kemungkinan mengenai Palestina. Jika urusan sudah mencapai kondisi yang memerlukan campur tangan bangsa-bangsa Islam maka kami siap campur tangan di sisi bangsa Palestina sesuai tuntutan dan peristiwa, dan saya berharap di sana ada kesiapan untuk demikian.”
Dia juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang bekerjasama dengan Israel adalah mitra rezim Zionis itu dalam pelanggaran hak bangsa Palestina serta kezaliman kaum Zionis terhadapnya.
Pemimpin Ansarullah juga menyatakan belasungkawa atas gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah serta menjatuhkan puluhan korban jiwa. Dia juga mengutuk blokade AS atas Suriah dan mengecam lemahnya kerjasama Arab dan Islam dengan Suriah. (mm/alalam)