Para Pakar Optimis Akan Penyelidikan Tragedi Pembantaian Siswa Yaman
Pasukan koalisi pimpinan Saudi mendapat tekanan intensif dari khalayak internasional sehingga menerima dilakukannya penyelidikan atas serangan udara yang menerjang bus sekolah pada 10 Agustus tersebut.
Duta Besar Inggris untuk PBB Karen Pierce yang sedang memimpin Dewan Keamanan PBB menyatakan bahwa penyelidikan ini harus dilakukan secara “transparan dan kredibel.” Namun, pakar urusan regional dari Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Singapura, mengatakan, “Setiap penyelidikan yang dilakukan suatu pihak atas dirinya tanpa pengawasan internasional tetap akan mendapatkan masalah. Hasilnya akan ditolak, dan tidak akan dinilai kredibel.”
Senada dengan ini, Akshaya Kumar, asisten direktur lembaga Human Right Watch (HRW) urusan PBB berpendapat lebih transparan dengan mengatakan, “Adalah realitas yang menyedihkan ketika Saudi diberi kesempatan melakukan penyelidikan mengenai dirinya, dan hasilnya akan menggelikan.”
Sheila Carapico, dosen Universitas Richmond, Amerika Serikat (AS), mengatakan, “Serangan udara terhadap bus sekolah merupakan pelanggaran terbuka terhadap undang-undang perang, tapi tidak adanyanya penyelidikan profesional dan independen sama sekali tidak menyingkap fakta.”
Dia menambahkan, “Sayang sekali, Saudi tentu akan menolak penyelidikan independen. AS dan Inggris yang sama-sama mempersenjatai Saudi tidak siap menjalani hal ini. Kerajaan Saudi yang tak memiliki keahlian dalam penyelidikan sedemikian rupa hanya akan cukup dengan menyiarkan statemen-statemen yang menyangkal.”
Tragedi Dahyan bukanlah yang satu-satunya tragedi serangan brutal koalisi Arab yang menjatuhkan banyak korban tewas sipil yang mencakup anak kecil. Pada September 2015 serangan koalisi Arab juga telah menerjang sebuah acara resepsi pengantin yang menewaskan 131 orang. Pada Oktober 2016 serangan udara koalisi Arab menerjang sebuah majelis dukcita di Sanaa, ibu kota Yaman. (mm/raialyoum)