Nasrallah: Poros Resistensi Lebih Kuat Daripada Israel

0
432

Beirut, LiputanIslam.com –  Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah dalam pidato pada momen peringatan ke-12 tahun Perang Juli 2006 antara Hizbullah dan Israel, Selasa (14/8/2018), menegaskan bahwa “Hizbullah kini lebih kuat dari Israel”, dan dalam waktu “dekat sekali” akan merayakan kemenangannya dalam perang di Suriah.

Nasrallah menjelaskan bahwa krisis Suriah yang telah berlangsung sejak tujuh tahun silam sampai sekarang merupakan “Perang Juli (antara Hizbullah dan Israel pada tahun 2006) lain dengan tujuan yang sama”, namun kemenangan atas Israel perang itu tercapai bukan berkat bantuan organisasi-organisasi yang bernaung di bawah PBB dan lain-lain ataupun Liga Arab dan organisasi-organisasi Arab, melainkan berkat anugerah Allah dan keteguhan bangsa Lebanon.

Dia menyatakan bahwa “agenda Amerika Serikat (AS) kandas ketika kita (Poros Resistensi) menang dalam Perang Juli serta di Gaza dan ketika Suriah dan Iran bertahan solid”, keteguhan bangsa Lebanon “telah menciptakan perkembangan yang memperkuat Poros Resistensi”, dan di tahap baru pasca 2006 pihak musuh “menjerumuskan kawasan ke dalam perang dengan tujuan yang sama dengan sebelumnya dan untuk menancapkan dominasi Israel.”

Menurutnya, setelah kalah dalam Perang Juli 2006 Israel mencoba merekonstruksi ideologi perangnya, setiap perencanaannya selalu dilandasi asumsi bahwa lawannya adalah pihak yang serius dan tangguh, dan pada kenyataannya Poros Resistensi “dengan semua semua fasilitas yang dimilikinya sekarang lebih tangguh dibanding sebelumnya.”

“Sejak tahun 2007 Israel mengancam akan berperang, tapi di saat yang sama juga berbicara mengenai bertambahnya  kekuatan Poros Resistensi,” ungkap Nasrallah.

Sekjen Hizbullah menegaskan, “Israel terlibat dalam perang terhadap Suriah hingga memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok teroris… Semua orang mengetahui bahwa perang di Suriah memerlukan otak dan kekuatan yang besar…. dan sekarang (Benjamin) Netanyahu (Perdana Menteri Israe) mengemis (kepada Rusia) agar Iran dan Hizbullah dikeluarkan dari Suriah.”

Nasrallah juga berbicara mengenai perkembangan situasi di Jalur Gaza dengan mengatakan, “AS dan Israel berharap dapat menundukkan Gaza dengan perang dan blokade, tapi Gaza tak jua tunduk meskipun seluruh dunia menelantarkannya. Israel sekarang kebingungan menghadap kesolidan Gaza yang telah mencetak perimbangan di mana pemboman dibalas dengan pemboman.”

Dia menambahkan bahwa Deal of The Century yang diproyeksikan oleh AS agar Israel dapat merebut sepenuhnya kota suci Al-Quds (Yerussalem) merupakan sesuatu yang kini paling diimpikan oleh Israel, tapi prakarsa Presiden AS Donald Trump ini “menghadapi problema besar”, dan di Palestinapun tak ada satupun faksi ataupun pejabat bersedia meneken perjanjian demikian.

Sayyid Nasrallah menyinggung Tragedi Dahyan di mana 51 orang, 40 di antaranya siswa sekolah, terbunuh akibat serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman. Dia menilai tragedi pembantaian siswa sekolah ini sebagai kegagalan poros Saudi dalam perang Yaman sehingga kemudian gelap mata dan menggunakan segala cara.

“Citra Saudi sekarang adalah citra orang yang telah mengirim teroris ke Suriah, melakukan pembantaian di Yaman, dan menelantarkan Palestina,” tegas Nasrallah.

Mengenai intimidasi AS terhadap Iran dia mengatakan, “Perang terhadap Iran terjadi dalam bentuk perang ekonomi dan pembangkitan kekacauan di dalam negeri karena perang (militer) secara langsung tidak akan pernah berhasil… Jaminan yang tersisa bagi AS dan Israel ialah penerapan sanksi dan embargo terhadap Iran untuk menggulingkan pemerintahan Iran atau mengubah pendiriannya, tapi inipun juga tidak akan berhasil.”

Dia kemudian menegaskan, “Iran sekarang lebih tangguh dan merupakan yang paling kuat di kawasan, pemerintahannyapun kuat, tangguh, dan solid… Segala yang mereka (AS) lakukan terhadap Iran justru membuatnya makin tangguh. Embargo itu sama sekali tidak akan pernah mengusik tekad, kekuatan, dan kesolidannya.” (mm/raialyoum/alalam)

DISKUSI: