Nasrallah: Ancaman Bahaya Keterjatuhan Pemerintah Suriah Sudah Berlalu
Dalam wawancara dengan surat kabar al-Safir terbitan Lebanon yang bagian pertamanya dimuat pada Senin (7/4), Narsallah mengatakan, “Bahaya keterjatuhan pemerintah Suriah sudah berakhir, sebagaimana kami juga telah melawati bahaya disentegrasi (Lebanon).”
Dia menambahkan, “Opsi militer sudah terbukti gagal… Perang Suriah ditujukan bukan untuk membangun demokrasi atau keadilan atau pemberantasan korupsi, melainkan demi mengubah pendirian dan sikap Suriah, berdasar petunjuk dan bukti-bukti yang di dapat oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad lebih dari satu kali.”
Menurut Nasrallah, banyak negara sekarang sudah melirik opsi politik untuk solusi krisis Suriah, dan dalam hal ini ada kemungkinan sikap Rusia akan semakin solid pada tahap selanjutnya. Dia juga meyakini bahwa situasi di wilayah selatan Suriah maupun perbatasannya di utara sudah kian kondusif.
Sekjen Hizbullah juga menilai perang Suriah erat kaitannya dengan agenda Israel. “ Peristiwa Suriah terjadi demi realisasi opsi-opsi utama Israel pasca kekandasannya dalam Perang Juli 2006, untuk menggempur ‘lingkaran tengah’, namun para eksekutornya di lapangan kini menambah depresi dan kegamanangan Israel, sebagaimana depresinya terhadap Iran juga kian membengkak dari hari ke hari.”
Mengenai opini publik Lebanon terkait keterlibatan milisi Hizbullah dalam Perang Suriah, dia menilai publik Lebanon tidak mempersoalkan masalah ini. “Kami tidak menghadapi masalah dengan masyarakat kami berkenaan dengan keterlibatan kami di Suriah. Bahkan pihak yang semula ragu akhirnya memilih mendukung kami. Saya dapat mengatakan bahwa sebagian ‘Kelompok 14 Maret’ mendukung keberadaan kami di Suriah demi melindungi Lebanon dari (bahaya) kelompok-kelompok teroris takfiri,” pungkas Nasrallah. (mm/alsafir)