Israel Dirikan 466 Unit Permukiman Baru di Tepi Barat, AS Mengaku Prihatin
BaitulMaqdis, LiputanIslam.com – Rezim Zionis Israel kembali menunjukkan keangkuhan terhadap bangsa Palestina dengan terus membangun permukiman ilegal bagi warga Zionis di tanah pendudukan Palestina. Lembaga Peace Now menyatakan Israel Rabu kemarin (31/8/2016) menyetujui pembangunan 466 rumah untuk warga Yahudi Zionis di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Dilaporkan pula bahwa kesewenang-wenangan Israel ini bahkan memancing teguran dari Amerika Serikat (AS) yang notabene pendukung utamanya, meski hanya sebatas ungkapan “sangat prihatin”.
Harian al-Quds al-Arabi mengutip laporan Peace Now bahwa sebanyak 50 rumah telah mendapat persetujuan final, sedangkan 237 rumah lainnya mendapat pertujuan secara implisit, dan telah diterbitkan pula surat izin untuk 179 rumah di permukiman Efraim.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai lembaga dunia lainnya menganggap permukiman-permukiman Zionis itu ilegal karena dibangun di wilayah pendudukan 1967, sementara Konvensi Jenewa melarang pembangunan apapun di wilayah pendudukan oleh pelaku pendudukan.
Sebanyak lebih dari setengah juta warga Zionis memilih tinggal di lebih dari 230 komplek permukiman yang dibangun rezim Zionis Israel pasca perang 1967 di berbagai wilayah pendudukan Palestina, termasuk Tepi Barat dan Baitul Maqdis Timur.
Data-data yang ada juga menyebutkan bahwa populasi Zionis yang tinggal di wilayah yang diduduki Israel sejak tahun 1948 kini meningkat lebih dari tujuh kali lipat.
Menurut AFP, seorang pejabat AS yang meminta identitasnya dirahasiakan mengatakan bahwa negaranya “sangat prihatin” atas tindakan terbaru Israel mengenai permukiman Zionis di Tepi Barat tersebut.
Dia menambahkan bahwa meningkatnya jumlah permukiman Zionis secara signifikan dapat menjadi ancaman serius bagi perundingan damai serta inisiatif AS untuk pendirian dua negara resmi di bumi Palestina.
Dia mengingatkan bahwa tindakan Israel itu menyalahi gagasan kelompok segi empat Timteng yang terdiri atas AS, Rusia, Uni Eropa dan PBB, dan ini tak terjadi tak lepas dari lemahnya sikap AS terhadap Israel. (mm)