IRGC Retas Sistem Komando Dan Kontrol Nirawak AS Hingga Terhempas
Teheran, LiputanIslam.com – Menteri Komandan Divisi Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan pihaknya berhasil meretas sistem komando dan kontrol pesawat nirawak Amerika Serikat (AS), dan ini dilakukan sebagai reaksi atas kelancangan AS mengklaim telah menyabotase rudal Iran.
“Kami melakukan ini untuk memberi tahu mereka (AS) bahwa Anda bukan saja gagal mencapai tujuan Anda, melainkan kami malah dapat menyusup ke sistem Anda,” ungkap Hajizadeh kepada wartawan di sela-sela sebuah upacara di Teheran, Ahad (24/2/2019).
New York Times pada 12 Februari 2019 melaporkan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump dilaporkan telah mengaktifkan kembali rencana rahasia untuk menyabotase rudal balistik Iran sebagai bagian dari optimalisasi upaya melemahkan kekuatan militer Iran dan melumpuhkan ekonominya.
Menurut laporan itu, program itu dibuat di masa kepresidenan George W. Bush sebagai upaya mengganggu program kedirgantaraan Iran dengan memasukkan bagian-bagian dan bahan-bahan yang rusak ke dalam rangkaian suplainya.
Upaya sabotase ini dipercepat selama tahun-tahun awal periode kepresidenan Barack Obam, namun dilemahkan pada tahun 2017, ketika Mike Pompeo yang belakangan menjadi menteri luar negeri mengambil alih jabatan direktur CIA.
Hajizadeh mengatakan, “Kita mengumumkan masalah ini sekarang karena Amerika cukup kurang ajar mengaku telah mengirim suku cadang yang rusak untuk (tujuan menyabotase) rudal kita.”
Hajizadeh juga mengatakan bahwa AS belakangan ini mengaku ingin mengandaskan program rudal Iran, namun “kami sudah mengetahui hal ini beberapa tahun yang lalu, tapi kami tidak mengumumkannya kepada publik.”
Dia menambahkan, “Mereka mencoba menyabotase beberapa bagian (rudal) untuk membuat rudal kami meledak saat terbang, tapi sampai sekarang mereka belum mampu melakukan apa pun karena kami sudah menengarainya dan memperkuat sektor ini.”
IRGC Jumat lalu mengaku telah menembus jaringan komando dan kontrol drone AS, dan merilis rekaman pesawat militer AS yang membom pesawat tanpa awak yang diretas Iran itu karena khawatir jatuh ke tangan pasukan Iran.
Hajizadeh saat itu menjelaskan bahwa nirawak AS tersebut beroperasi di Suriah dan Irak ketika kemudian terpaksa melakukan pendaratan darurat karena masalah yang dihadapinya selama penerbangan. Nirawak itu mendarat dengan susah payah di daerah gurun sejauh 10 km dari pangkalan AS.
“Namun, Amerika tidak berani mendekati pesawat mereka sendiri” sehingga terpaksa mengebomnya dengan pesawat perang, ungkap Hajizadeh. (mm/presstv)