Duet Rusia-Iran Berada di Balik Pencairan Hubungan Hamas Dengan Mesir
Kairo, LiputanIslam.com – Duet Rusia-Iran di Timteng terus mengembangkan pengaruhnya di kawasan yang selalu meradang ini. Belakangan ini terungkap bahwa duet dua negara besar dan kuat itu ternyata berada di balik proses pendekatan antara Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan pemerintah Mesir.
Dalam konteks ini dilaporkan bahwa pemerintahan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah menurunkan volume tekanannya terhadap Hamas dan warga Palestina di Jalur Gaza, termasuk dengan berulangkali membuka pintu perbatasan Mesir-Jalur Gaza.
Beberapa media Timteng, Selasa kemarin (24/1/2017), mengutip keterangan sumber terpercaya kepada media online Rai al-Youm yang berbasis di London, Inggris, bahwa proses pencairan dan pendekatan hubungan Hamas di Jalur Gaza dengan otoritas Mesir terjadi berkat koordinasi dan tekanan Rusia dan Iran, dan bukan karena prakarsa pihak lain manapun di dalam maupun di luar gerakan Fatah Palestina.
Sumber itu mengatakan bahwa dewasa ini sedang terjadi komunikasi aktif di balik layar antara pejabat Rusia dan Iran di satu pihak dan para pemimpin Hamas yang berada di Jalur Gaza yang diblokade Israel di pihak lain.
Menurut sumber anonim itu, komunikasi tersebut juga melibatkan para petinggi otoritas Jalur Gaza yang dekat dengan sayap militer Hamas. Komunikasi ini menyentuh rincian persoalan Hamas dengan pemerintah Mesir, termasuk mengenai pintu perbatasan Rafah, hingga kemudian terjadi lagi kontak secara tidak langsung antara Hamas dan otoritas keamanan Mesir.
Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, Ahad malam lalu tiba di Kairo, ibu kota Mesir, dalam suatu kunjungan resmi. Di Kairo dia menjumpai para petinggi Mesir untuk mendiskusikan berbagai isu politik dan keamanan. Rusia dan Iran lantas disebut-sebut berada di balik kunjungan ini.
Haniyeh bertolak ke Kairo dari Doha, Qatar, dimana Fatah dan Hamas mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan rekonsialiasi politik dan pembetukan pemerintahan persatuan.
Debka File milik Israel menyebutkan bahwa dalam kunjungan Haniyeh ke Kairo kedua pihak juga membicarakan aksi bersama untuk penumpasan kelompok teroris ISIS di Semenanjung Sinai.
Hubungan Hamas dengan pemerintahan el-Sisi selama ini buruk karena Hamas mendukung Mohamed Morsi yang dikudeta oleh el-Sisi. Pemerintahan el-Sisi bahkan menuding Hamas melekukan penyeludupan senjata melalui perbatasan Rafah untuk membantu kelompok-kelompok militan dan teroris yang beraksi di Mesir, terutama di Semenanjung Sinai, sejak Morsi terdepak pada 3 Juli 2013.
Para pejabat keamanan Mesir mengatakan bahwa pertemuan ini juga membahas proses rekonsiliasi antara Hamas, yang merupakan penguasa de facto Jalur Gaza, dan Fatah, partai yang berkuasa sebagai Otoritas Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat . Kairo menawarkan diri menjadi tuan rumah pembicaraan antara kedua belah pihak di Kairo.
Mereka menambahkan bahwa Presiden Mesir Abd al-Fattah el-Sisi telah memberi “lampu hijau” kepada para pejabat Mesir untuk memperkuat hubungan negara ini dengan semua faksi Palestina demi membantu menciptakan persatuan Palestina, dan telah menghubungi Presiden AS Donald Trump untuk mengekspresikan penolakan Mesir terhadap kemungkinan pemindahaan kedutaan AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis (Yerussalem). (mm/arabyexpressnews/egyrep/middleeastobserver/beforeitsnews)