Dihajar Rudal, Tentara Uni Emirat Arab Dipulangkan Dari Yaman
Dubai, LiputanIslam.com – Mendapat desakan bertubi-dari dari masyarakat, pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) akhirnya memutuskan untuk menarik pulang pasukannya dari Yaman. Demikian dilaporkan situs Emirat 71, Jumat (11/9).
Disebutkan bahwa UEA tidak akan mengirim lagi pasukan ke Yaman menyusul “tragedi Jumat kelabu” yang menewas 47 tentara UEA akibat serangan rudal pasukan Yaman. Tragedi yang terjadi pada Jumat 4 September lalu membuat pemerintah UEA mendapat tekanan hebat dari masyarakat agar merevisi kebijakan pengiriman pasukannya ke Yaman.
Menurut Emirat 71, terbunuhnya puluhan tentara UEA menjadi peristiwa krusial yang tak dapat dipandang dengan sebelah mata. Kegusaran rakyat, terutama keluarga tentara yang tewas, tak dapat diremehkan sehingga pemerintah UEA memastikan untuk tidak ikut terlibat dalam operasi darat pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi di Yaman.
Mengutip pernyataan sumber-sumber UEA, Middle East Eye menyebutkan bahwa tentara UEA dan 1500 tentara negara-negara Arab Teluk Persia lainnya yang dikirim ke Yaman tidak memiliki kemampuan perang yang cukup dan tidak pula menguasai kondisi lapangan untuk berperang di Yaman, terutama di Aden, selatan Yaman sehingga banyak pasukan UEA yang terbunuh di Aden.
Sumber-sumber diplomatik Barat Rabu lalu (9/9) menyatakan sebanyak 300-an pasukan koalisi Arab tewas akibat serangan rudal Tochka pasukan Yaman pekan lalu terhadap gudang senjata dan amunisi pasukan koalisi di provinsi Marib di bagian tengah Yaman.
Demo Anti Politisasi Ibadah Haji
Ribuan massa kembali menggelar unjuk rasa protes terhadap Saudi di Sanaa, ibu kota Yaman, Jumat kemarin. Namun kali ini mereka berunjuk rasa bukan semata-mata untuk mengutuk agresi Saudi ke Yaman, melainkan lebih tertuju kepada permusuhan Saudi yang belakangan juga menemukan bentuknya dalam penerapan larangan penunaian kewajiban ibadah haji oleh umat Islam Yaman.
Sampress melaporkan bahwa dalam unjuk rasa yang diserukan oleh Komisi Tinggi Revolusi Yaman yang berafiliasi dengan Ansarallah itu massa mengutuk politisasi ibadah haji dengan mengaitkan penunaian kewajiban keagamaan ini dengan konflik Yaman yang bermotif politik.
Seperti diketahui, Saudi dan sembilan negara Arab sekutunya melancarkan serangan udara ke Yaman sejak Maret lalu sampai sekarang dengan tujuan membela pemerintahan presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi yang jatuh akibat revolusi rakyat yang dimotori oleh gerakan Ansarallah (Houthi). Belakangan beberapa negara anggota koalisi itu mengirim pasukan darat ke Yaman.
Dalam serangan mereka yang sudah berlangsung lebih dari lima bulan sebanyak lebih 4000 orang di Yaman terbunuh yang sebagian besar adalah warga sipil, termasuk ratusan anak kecil dan kaum perempuan. (mm)