Terungkap, AS dan Israel Galang Aliansi Teroris Besar di Delapan Negara
Baghdad, LiputanIslam.com – Sekretaris Jenderal “Harakah Injaz” (Gerakan Pencapaian) yang berbasis di Irak, Baqir al-Zubaedi, mengungkap bahwa AS dan Israel berencana membentuk aliansi teroris besar baru di delapan negara, termasuk Irak.
Dia menyebutkan bahwa para teroris terkemuka dalam organisasi yang diproyeksikan oleh AS an Israel itu terdiri dari para perwira pembelot Suriah dan para eks-perwira militer mantan diktator Irak mendiang Saddam Hossein.
“Proyek itu bertujuan membentuk aliansi teroris global antara ISIS dan kelompok-kelompok teroris di kawasan Afghanistan, Cechnya, Yaman selatan, Afrika, Suriah, Irak, Libanon, dan Arab Saudi,” terang al-Zubaedi, seperti dikutip Fars, Selasa (26/11/2019).
Dia juga menjelaskan, “Ada 13,000 orang ISIS di penjara-penjara milik Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) dan berada di pengawasan AS, dan 3000 di antaranya adalah militan asing, sedangkan sisanya adalah militan Arab yang sebagian besar adalah orang Saudi, dan separuh sisanya adalah orang Irak.”
Baca: White Helmet Kembali Berulah: Rekayasa Serangan Kimia akan Berlangsung di Idlib-Suriah
Lebih jauh al-Zubeidi menambahkan rincian dengan menyebutkan bahwa kelompok teroris Jabhat al-Nusra terdiri atas 50,000 militan multinasional, Pasukan Nour al-Din al-Zenky terdiri atas 60,000 militan Turkmen Suriah, yang belakangan ini telah mendapatkan status warga negara Turki dan semuanya beraliran Salafi/Wahhabi, dan kemudian kelompok Jaish al-Hur yang terdiri atas 25,000 militan.
“Mereka semua adalah orang-orang yang sudah banyak terlatih dari pengalaman panjang mereka dalam pertempuran selama enam tahun,” tutur al-Zubeidi.
Baca: Cegah Infiltrasi Daesh, Irak Perkuat Keamanan di Perbatasan Suriah
Dia juga menyebutkan bahwa aliansi teroris besar itu menghimpun para perwira desersi Suriah, para mantan perwira Saddam, para perwira Libya, para pakar kimia yang sebagian di antaranya asal Irak, Suriah, Cechnya, Rusia, dan Eropa, serta sel-sel ISIS yang keluar dari Mosul dan sejumlah besar di antaranya memiliki keahlian di bidang komputer dan multimedia.
Al-Zubeidi menyatakan bahwa mereka juga memiliki banyak dana hasil penjarahan atas bank-bank di provinsi Nineveh, Irak, serta penyelundupan minyak Irak dan Suriah, selain juga dana dari negara-negara Arab Teluk Persia. (mm/fars)