Rekonstruksi di Irak Pasca ISIS, Telan Biaya Senilai 88 Milyar Dolar
Mosul,LiputanIslam.com—Para pejabat Irak mengatakan dalam konferensi Internasional yang berlangsung pada Senin (12/2) bahwa membangun kembali negara Irak pasca perang melawan ISIS akan menelan biaya senilai 88 milyar dolar.
Para donatur dan investor telah berkumpul di Kuwait minggu ini untuk membahas berbagai upaya pembangunan ekonomi dan infrastruktur di Irak paska konflik yang melelahkan dan merusak dengan kelompok teroris, penguasa sepertiga dataran Irak.
Setelah melalui berbagai pertempuran, akhirnya Irak pun berhasil mendeklarasikan kemenangannya atas ISIS pada Desember lalu dan merebut kembali berbagai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kelompok ISIS.
Direktur Jenderal Menteri Perencanaan Negara, Qusay Adulfattah, menyampaikan bahwa dalam jangka pendek pembangunan di Irak mensyaratkan dana senilai 22 milyar dolar, dan 66 milyar dolar untuk jangka panjang.
“Membangun kembali Irak adalah memperbaiki harapan kepada Irak, dan mengembalikan stabilitas Irak harus dilakukan dengan cara menstabilkan negara-negara yang ada di Timur Tengah dan seluruh dunia,” ucap Menteri Perencanaan Irak, Salman al-Jumaili, menambahkan bahwa membangun kembali Irak adalah tanggung jawab internasional.
Sementara itu, Amerika sebagai negara yang memimpin koalisi internasional untuk memerangi ISIS di Irak, tidak memiliki rencana apapun untuk memberikan bantuan dana kepada pemerintah Irak. (fd/al-alam)
Iran akan Undang Raja Salman ke Teheran
29/03/2023
Popular Tags
Dunia Islam – Berita Islam –Berita Dunia Islam – Konflik Timur Tengah – Timur Tengah Terkini – Berita Islam Terkini – Berita Internasional – Berita Timur Tengah – Berita Iran – Berita Iran Terkini – Iran Terkini – Iran vs AS – Amerika vs Iran – AS vs Iran – Berita Palestina – Berita Palestina Terbaru – Palestina Hari Ini – Palestina Terkini – Palestina Israel – Berita Turki – Turki Terkini – Berita Yaman – Perang Yaman – Perang Suriah– Berita Suriah – Berita Afghanistan – Berita Arab Saudi – Arab Saudi Terkini