Jurnalis Israel: Sekjen Hizbullah Cium Aroma Darah dan Kelemahan Netanyahu

0
182

TelAviv,LiputanIslam.com-Jurnalis Israel, Avi Issacharoff dalam tulisannya di Yedioth Ahronoth menyatakan, belum diketahui seberapa besar peran Hizbullah dalam ledakan yang terjadi di Megiddo beberapa hari lalu. Ia berpendapat, bahwa Hizbullah terlibat dalam insiden di utara Tanah Pendudukan tersebut.

Menurutnya, penyusupan seseorang yang tinggal di Lebanon, entah dia warga Palestina atau bukan, adalah petunjuk terkait organisasi mana yang menyokongnya.

“Ada sebuah pertanyaan yang lebih penting di sini, yaitu siapa orang di Lebanon yang berusaha memicu konflik dengan Israel di waktu tertentu ini? Kita hanya berjarak sepekan dari bulan Ramadan. Serangkaian insiden di Suriah dalam beberapa pekan terakhir dan operasi besar di Israel sama saja dengan pembalasan dendam Hizbullah, yang sudah sejak lama berusaha melakukannya untuk membalas serangan ke Suriah dan penargetan para petinggi seniornya, terutama Imad Mughniyah pada Februari 2008”, tulis Issacharoff.

“(Sekjen Hizbullah Hasan) Nasrallah mencium aroma darah dan keringkihan politis Netanyahu. Tampaknya dia menyimpulkan bahwa Netanyahu, yang dahulu adalah orang berhati-hati dan konservatif di level militer, saat ini juga masih demikian. Nasrallah tahu bahwa konfrontasi militer besar dengan Lebanon akan menjadikan Netanyahu sebagai tertuduh dalam opini publik, sebab dia akan dianggap berusaha menyeret Israel ke dalam perang agar dia bisa lolos dari kudeta sistematis.”

Ia lalu mengutip pernyataan seorang petinggi Hamas, Marwan Isa, bahwa jika Masjid Aqsa di bulan Ramadan menjadi sasaran agresi, faksi tersebut tidak akan tinggal diam.

“Dengan kata lain, jika Itamar Ben-Gvir melangsungkan ritual Hari Paskah Yahudi di dalam pelataran Masjid Aqsa, hal ini akan menyulut konflik besar-besaran.”

“Dengan adanya banyak pertanyaan, ada satu hal yang jelas: peningkatan ketegangan, mungkin di lebih dari satu front, akan terjadi dalam waktu dekat. Fokus Pemerintah Israel terhadap kudeta sistematis dalam reformasi sistem peradilan tidak akan membantunya mengatasi hal tersebut (kemungkinan konfrontasi), justru malah memperbesar bahaya,” pungkas Issacharoff. (af/fars)

DISKUSI: