Hari Nakba 2020, Ini Curhatan Anak-Anak Muda Palestina

We Are Not Numbers
Gaza, LiputanIslam.com–Hari Jumat (15/5) kemarin merupakan peringatan 72 tahun Hari Nakba. Ini adalah hari ketika tentara Israel mengusir 700.000 warga Palestina dari rumah dan kampung halaman mereka dan membunuh 15.000 orang sebelum mendirikan negara Israel pada 1948.
Hari bersejarah ini pun diperingati dengan masif oleh warga Palestina yang kini menjadi pungungsi internal ataupun di luar negeri. Di media sosial, sejumlah anak muda menulis pesan singkat dan curhatan tentang apa yang mereka rasakan di Hari Nakba. Tulisan-tulisan pendek ini dikumpulkan oleh akun media sosial Twitter @WeAreNotNumbers dan Facebook We Are Not Numbers.
Tulisan pertama datang dari Saja Almoghair. Ia mengungkapkan, Hari Nakba adalah hari yang mengubah Palestina dari negara penuh kehidupan, kebahagiaan, dan kedamaian, menjadi negara dengan kesedihan, kesakitan, dan tragedi.
"Today is the 72nd anniversary for the Palestinian Nakba, which changed the features of Palestinian life from joy, happiness, and peace to sadness, pain and tragedy." – Saja Almoghair.
Click here to read more: https://t.co/F43gqoAxBt#Nakba72 #ThePalestinianLie pic.twitter.com/l6mPmOjZOP
— We Are Not Numbers #Gaza (@WeAreNotNumbers) May 15, 2020
“Kampung halamanku adalah Al-Jiyya, yang artinya ‘tempat menyenangkan penuh dengan bunga dan pohon.’ Tempatnya dekat sekali dari sini, hanya 20 km dari Kota Gaza City.” – Khuloud Rabah.
"My hometown is Al-Jiyya, which means ‘delightful place full of flowers and trees.’ It is very near here, just 20 km from Gaza City." – Khuloud Rabah.
Click here to read more: https://t.co/YUxEwKnTUk#Nakba72 #ThePalestinianLie pic.twitter.com/alS2XpJXu2
— We Are Not Numbers #Gaza (@WeAreNotNumbers) May 16, 2020
“Masa terbaik di masa kecilku adalah ketika aku dan sepupuku duduk di dekat nenek kami dan mendengarkan kisah-kisah serunya tentang kampung halaman kami.” – Abdallah Alnaamy.
"The best part of my childhood was my cousins and I sitting around my grandmother and listening to her fun stories about our original village." – Abdallah Alnaamy.
Click here to read more:https://t.co/aGfqKls0nA#Nakba72 #ThePalestinianLie pic.twitter.com/W4tpnQBZQZ
— We Are Not Numbers #Gaza (@WeAreNotNumbers) May 15, 2020
“Seperti wanita yang masih muda dan cantik, nenekku menceritakan pada kami tentang kisah cinta dengan kakek kami di Hatta, kampung halaman kami.” – Amna Shabana.
"As if she was the same pretty young lady, my grandmother smiled telling us about her love story with my grandfather in Hatta, our original hometown." – Amna Shabana.
Click here to read more:https://t.co/0Z91HDRuP8#Nakba72 #ThePalestinianLie pic.twitter.com/JmmgIgsx8i
— We Are Not Numbers #Gaza (@WeAreNotNumbers) May 15, 2020
“Aku berasal dari Deir Sunied, sebuah desa Palestina sejauh 12 km dari timur laut Gaza. Sekitar 700.00 warga Palestina, termasuk kakek kami, diusir oleh tentara Israel pada tahun 1948.” – Salah Mattar.
I'm from Deir Sunied, a Palestinian village located 12 km to the northeast of Gaza. About 70000 Palestinians, including my grandparents, were expelled by the Israeli occupation forces in 1948." – Salah Mattar.
Read more:https://t.co/2eLCP40sXh#Nakba72 #ThePalestinianLie pic.twitter.com/BHIAQCZErY
— We Are Not Numbers #Gaza (@WeAreNotNumbers) May 15, 2020