Biden Berada di Bawah Tekanan Kongres yang Marah
Jakarta, LiputanIslam.com –Berbagai perkembangan yang begitu cepat terjadi di Afghanistan saat ini membuat pemerintahan Presiden Joe Biden menghadapi krisis luar negeri terberat selama memerintah. Biden dilaporkan VOA menyudahi liburannya di Camp David lebih cepat. Ia sudah kembali ke Gedung Putih Selasa sore (18/8). Para anggota parlemen baik yang berasal dari Partai Republik maupun Partai Demokrat menunjukkan kemarahan dan berjanji akan menyelidiki kecerobohan Biden terait dengan kebijakannya menarik pasukan Amerika dari Afghanistan.
Keberhasilan milisi Taliban menguasai istana kepresidenan dan ambruknya pemerintahan Ashraf Ghani dalam waktu yang sangat cepat menunjukkan betapa sangat buruknya kinerja intelejen AS. Situasi kacau di Bandara Kabul, yang berpuncak kepada tewasna sejumlah orang Afghanistan yang bergelantungan di pesawat militer AS, makin mempermalukan AS.
Menanggapi situasi terakhir di Afghaistan, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa apa yang terjadi di bandara Kabul beberapa hari terakhir ini memilukan. Akan tetapi, menurut Sullivan, Presiden Biden harus segera memikirkan hal yang lebih krusial, yaitu rakyat Afghanistan yang terancam menjadi korban di tengah kecamuk krisis di negaranya.
Biden juga disebut Sulliban harus memikirkan langkah terbaik guna menyelamatkan warga AS yang saat ini masih terjebak di Afghanistan. Setelah Taliban dilaporkan berhasil menaklukkan kota demi kota di Afghanistan, AS berupaya keras mengevakuasi ribuan warga Amerika dan sekutu-sekutunya dari negara itu.
Hingga Selasa sore (18/8) jumlah warga yang telah dievakuasi mencapai angka lebih dari 3.200 orang, termasuk personil Kedutaan Besar Amerika, warga Amerika, warga Afghanistan dan warga negara ketiga atau negara lain. Sebagai tambahan, Amerika telah merelokasi hampir 2.000 imigran khusus Afghanistan ke Amerika.
Pemerintahan AS mengakui bahwa sejauh ini, Taliban bersifat kooperatif dan memberikan keleluasaan terkait dengan upaya evakuasi itu.
“Taliban telah memberitahu kami bahwa mereka siap menyediakan jalur yang aman bagi warga sipil menuju ke bandara, dan kami berniat memegang komitmen itu,” kata Sullivan.
Dalam konferensi pers pertanyanya, Selasa (17/8) Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa Taliban akan memberikan amnesti pada siapa pun yang sebelumnya melawan mereka dan akan membentuk pemerintahan yang inklusif. “Kami tidak ingin lebih banyak perang. Kami ingin perdamaian di Afghanistan, dan karena itu dilangsungkan beberapa perundingan,” kata Mujahid.
Mantan Wakil Dubes AS untuk Afghanistan Earl Anthony Wayne, kepada VOA mengatakan bahwa pihaknya meragukan komitmen Taliban tersebut, mengingat masa lalu kelompok itu. Akan tetapi, Wayne juga menyambut upaya evakuasi warga AS dan sekutu-sekutu di Afghanistan secara aman, dan menyebut upaya itu sebagai ujian penting bagi pemerintahan Biden. (os/voa)