Atwan Kritik Pihak-pihak Arab yang Takut Netanyahu Jadi PM Israel Lagi

0
132

Gaza,LiputanIslam.com-Parlemen Israel Knessett pada Rabu (22 /6) kemarin menyetujui proposal awal pembubarannya sebagai langkah awal untuk mengadakan Pemilu dini. Di saat bersamaan, mantan PM Israel Benyamin Netanyahu menyatakan siap berkompetisi di Pemilu mendatang. Hal ini membuat sebagian pihak memprediksi bahwa ia akan kembali berkuasa.

Redaktur Rai al-Youm, Abdel Bari Atwan dalam tulisannya mempertanyakan alasan sebagian orang Arab yang mencemaskan kembalinya Netanyahu ke tampuk kekuasaan.

“Setelah runtuhnya Pemerintahan aliansi sayap kanan Bennett di Israel dan keputusan untuk membubarkan Parlemen serta mengadakan Pemilu ke-5 dalam rentang 3,5 tahun, muncul banyak suara, baik di dalam Tanah Pendudukan maupun kawasan Arab, yang mencemaskan kemungkinan kembalinya Netanyahu ke kekuasaan. Padahal, masih belum dipastikan dia akan kembali (berkuasa). Tapi orang-orang pengecut memang tidak bisa diajak bicara”, tulisnya di Rai al-Youm.

“Pemerintahan Israel berada di tepi jurang kehancuran bersamaan dengan kian dekatnya ia ke penghujung umurnya. Dari satu sisi, Israel menyaksikan meningkatnya krisis domestik, dan dari sisi lain, bertambahnya kekuatan politik-militer Poros Perlawanan. Selain itu, perang-perang imperialis Barat, untuk kali pertama setelah hampir satu abad, berpindah dari Timteng ke jantung Eropa dan Ukraina; perang yang hingga kini dimenangkan Rusia dari sisi ekonomi dan militer”.

Menurutnya, seharusnya orang-orang Arab tak perlu mencemaskan kembalinya Netanyahu ke tampuk kekuasaan, sebab ia akan memimpin pemerintahan yang sudah tercabik dan tercerai berai; pemerintahan yang di tiap forumnya konflik politik terus meruncing dan terkepung nyaris dari semua arah oleh sistem-sistem rudal. Israel bahkan sudah tidak bisa lagi menyusup ke kamp pengungsi Jenin yang luasnya tidak lebih dari satu kilometer persegi.

Atwan menegaskan, Pemerintahan Netanyahu selama 16 tahun berturut-turut hanya mencatatkan kegagalan. Yang terakhir adalah kekalahannya dalam Perang Pedang al-Quds, yang membuat Pemerintahan Netanyahu terkucil dari dunia selama 11 hari dan 6 juta orang Israel harus hidup di tempat-tempat perlindungan. (af/fars)

DISKUSI: