Wildan Siswa Al-Azhar Mesir Asal Lamongan, Jadi Bomber Bunuh Diri ISIS
Lamongan, LiputanIslam.com — Kabar mengejutkan datang dari Lamongan. Seorang warganya yang bernama Wildan Mukhollad, adalah anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang melakukan bom bunuh diri awal Februari silam.
Remaja Lamongan yang bersekolah di Al-Azhar Mesir ini meledakkan diri, awal Februari lalu.
Dari penelusuran Surya, kontributor Tribunnews, Wildan berasal dari Kecamatan Solokuro, sebuah kecamatan di bagian barat laut Lamongan. Sekitar 30 kilometer dari pusat kota.
Mulanya tidak ada yang tahu jati diri Wildan. Sebab, selama bergabung dengan pasukan ISIS Irak, pelajar yang dikenal cerdas itu menggunakan nama Abu Bakar Al Muhajir Al Wildan Mukhollad.
Kisah bom bunuh diri warga Lamongan baru terungkap saat maraknya pemberitaan ISIS di Tanah Air. Awalnya, ada pernyataan singkat Kepala BIN Wilayah Jawa Timur, Brigjen TNI Andi Zainudin Azikin, yang menyebut ada tujuh anggota ISIS asal Lamongan yang sudah ikut berperang di Irak.
Surya kemudian melakukan penelusuran ke Lamongan. Sejumlah aparat membenarkan data dari BIN itu. Polres Lamongan mendapatkan kabar, satu di antara anggota ISIS Lamongan telah meninggal dalam bom bunuh diri di Irak. Hanya saja baik BIN maupun pihak kepolisian menutupi identitas anggota ISIS tersebut.
Bomber ini, Bersekolah di Al-Azhar Mesir.
Surya akhirnya menemukan keluarga Wildan yang mau menerima dan bersikap sangat terbuka saat ditemui di rumahnya, di Desa Payaman, Kecamatan Solokuro, Lamongan.
Kakak Wildan, Muhammad In’am, mengaku tidak tahu persis cerita bom bunuh diri itu. Begitu juga tanggal persisnya. Yang pasti, keluarga mendapat kabar itu tanggal 10 Februari 2014. In’am memperkirakan, adiknya meninggal di Iraq pada awal Februari 2014.
Menurut, Muhammad In’am, kakak Wildan, adiknya memang bercita-cita mati syahid di medan tempur membela saudara seagama di Irak dan Suriah.“Dia memang tidak ingin kembali ke Tanah Air,” ujar In’am
Berdasarkan kabar yang diterima keluarga, Wildan meninggal di sebuah kota di Iraq bernama Fallujah.
Wildan lahir pada pada 6 Januari 1995, ia mulai bergabung dengan pasukan ISIS dimulai ketika ia bersekolah di SMA Al-Azhar, Mesir. Ia memilih sekolah di Negeri Seribu Menara itu selepas dari bangku Madrasah Tsnawiyah (MTS) Al-Islam, Tenggulun Solokoro, Lamongan. Dia dikenal sebagai anak yang cerdas, selalu ranking satu.
Di Mesir, Wildan memiliki kakak perempuan, Nashiroh, yang lebih dulu tinggal di sana. Namun, pada 2012, Nashiroh, kakak yang tinggal di Mesir itu kehilangan kontak dengan Wildan.
Tidak ada yang tahu aktivitas Wildan. Baru pertengahan 2012, Wildan memberi kabar kepada Nashiroh bahwa dia berada di Aleppo, Suriah.
Aleppo selama ini menjadi medan pertempuran antara Tentara Suriah dan teroris ISIS. Hampir setahun dia bergabung dengan pasukan ISIS. Wildan sempat bertugas di Allepo sebelum menyeberang ke Iraq. Sejak itu pula komunikasi Wildan dan keluarganya menjadi jarang.
Keluarganya di Lamongan dan Mesir kesulitan menghubunginya. Keluarga baru bisa berkomunikasi ketika Wildan berinisiatif menelpon. Kadang Wildan juga chatting dengan saudara laki-lakinya yang lain. Keluarga pun berembug.
Mereka sepakat Wildan harus pulang. Apalagi, kondisi ayahnya bertambah parah. Pada Februari 2012, ayah Wildan meninggal. Keluarga merasakan kesedihan yang luar biasa lantaran keinginan sang ayah bertemu Wildan tidak kesampaian. Ibu Wildan juga syok mengetahui sepak terjang Wildan selama di perantauan.
Berbagai cara ditempuh untuk meluluhkan hati Wildan agar mau kembali ke Tanah Air. “Ibunya sampai bilang. Nak, kamu tidak ingin nikah ta? Ayo pulang dan menikah di sini,” ujar In’am menirukan ucapan ibunya.
Wildan menjawab tawaran ibunya dengan nada lembut. Ia meminta keluarga merelakannya. “Kalau nikah, saya menikah di sini saja Bu,” kata In’am menirukan jawaban Wildan kala itu. (ba)