Ukraina Setuju Gencatan Senjata Permanen

0
459

Petro-Poroshenko_2866795bKiev, LiputanIslam.com — Kabar mengejutkan namun juga menyenangkan bagi warga Ukraina yang tengah dilanda konflik bersenjata akhirnya muncul dari kantor kepresidenan, Rabu (3/8).

Sebagaimana dilaporkan BBC News, Presiden Poroshenko telah setuju untuk melakukan gencatan senjata permanen. Keputusan itu diambil setelah Poroshenko berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon.

“Pembicaraan itu menghasilkan kesepakatan atas gencatan senjata permanen di wilayah Donbass (Donetsk dan Luhansk),” demikian pernyataan kantor kepresidenan Ukraina.

“Mereka telah mencapai kesaling pengertian tentang langkah-langkah untuk menuju perdamaian,” tambah pernyataan itu.

Pengumuman itu muncul setelah Presiden AS Barack Obama bertemu dengan para pemimpin negara-negara Baltik di Estonia. Di ibukota Estonia, Tallinn, Obama bertemu dengan Presiden Estonia, Latvia dan Lithuania, 3 negara eks. Uni Sovyet yang bergabung dengan NATO 10 tahun lagi.

Dalam KTT NATO yang akan digelar di Wales, Inggris, diperkirakan akan disetujui pembentukan pasukan khusus gerak cepat sebagai respon atas konflik Ukraina yang diyakini telah melibatkan Rusia secara langsung.

Sementara itu dalam perkembangan lain konflik Ukraina, jurnalis foto Rusia, Andrei Stenin, dinyatakan tewas. Stenin tewas dalam serangan pasukan Ukraina terhadap konvoi pengungsi di dekat Donetsk tanggal 6 Agustus.

Kepastian hal itu disampaikan oleh Komisi Penyidikan Rusia, Rabu (3/9), setelah melakukan penelitian intensif atas potongan-potongan jasad yang ditemukan dalam insiden itu.

Mengenai gencatan senjata permanen itu masih belum ada penjelasan tentang pengakuan “status khusus” wilayah Donbass oleh pemerintah Ukraina sebagaimana dituntut pemberontak.

Sebagaimana dilaporkan RIA Novosti hari Senin (1/9) kelompok separatis Donetsk and Luhansk People’s Republics menuntut pengakuan “status khusus” wilayah mereka sebagai syarat untuk tidak memisahkan diri.

“Presiden, pemerintah dan Verkhovna Rada (parlemen Ukraina) harus menerima semangat Kesepakatan Genewa yang mengakui status khusus oleh pemerintahan Kiev atas wilayah yang dikuasai oleh People’s Republics,” demikian pernyataan bersama kelompok-kelompok separatis Donetsk dan Luhansk.

Jika status khusus itu diakui di bawah pengawasan Rusia dan Uni Eropa, maka para pemberontak separatis akan menjamin upaya maksimal bagi tercapainya perdamaian dalam satu wadah ekonomi, budaya dan politik, demikian pernyataan itu menambahkan.(ca)

DISKUSI: