Tantangan Baru Iran terhadap Trump Soal Pengiriman Minyak ke Venezuela

Kapal tanker minyak Iran dikawal jet tempur Venezuela setelah memasuki zona ekonomi negara Amerika Selatan ini.
LiputanIslam.com – Tiga kapal tanker minyak Iran akan dilayarkan ke Venezuea setiap bulan, sementara beberapa lainnya ditujukan ke pelabuhan-pelabuhan Suriah. Apakah akan dicegat oleh kapal-kapal Amerika Serikat (AS), ataukah presiden AS Donald Trump akan menelan pil pahit lagi? Apa tujuan Iran di balik eskalasi ini?
Beberapa sumber Iran Senin lalu menyebutkan kemungkinan Iran akan mengirim 2-3 kapal tanker minyak setiap bulan ke Venezuela sehingga, menurut mereka, menjadi tantangan terbuka bagi Presiden AS Donald Trump. Dan dua sumber di antaranya mengatakan kepada Reuters, “Satuan militer tangguh Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) adalah pihak yang menentukan kebijakan soal Venezuela.”
Pengiriman bensin Iran dengan 2-3 kapal tanker per bulan dengan pengawasan langsung dari pasukan elit negara ini, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), tentu menjadi tantangan baru bagi Trump dan pemerintahannnya setelah negeri sejuta mullah itu berhasil melayarkan dan melabuhkan lima kapal tanker yang membawa sekira 1.5 juta barel bensin dan produk minyak Bumi lain ke beberapa pelabuhan di Venezuela beberapa pekan lalu.
Menurut kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Hossein Baqeri, AS sempat berusaha menyuap dan mengancam masing-masing awak kapal lima tanker minyak Iran yang mengantar bahan bakar ke Venezuela, tapi negara adi daya dan arogan itu gagal.
Iran semula adalah negara importir produk minyak Bumi sampai tahun lalu, namun setelah itu dapat menghasilkan sendiri produk bensin dengan kadar yang cukup melimpah, yaitu sekira 172,000 barel per hari setelah berhasil meluncurkan tahap ketiga kilang minyak raksasanya, Bintang Teluk Persia, dengan kapasitas yang mencapai 350,000 barel perhari.
Ada dua aspek terkait dengan langkah Iran untuk Venezuela tersebut;
Pertama, aspek moril dan politik yang termanifestasi dalam jebolnya blokade AS terhadap Iran dan Venezuela di tangan IRGC. Iran telah membongkar ketidak berdayaan AS membuktikan ancamannya untuk mencegat lima kapal Iran di Laut Karibia karena ada resiko mendapat balasan Iran terhadap kapal-kapal AS di Teluk Persia.
Kedua, aspek perdagangan. Iran dilaporkan akan mendapat 9 ton emas senilai 500 juta US$ sebagai imbalan atas pengiriman bensin dan produk minyak dengan kapal-kapal tersebut. Selain itu, juga terjalin berbagai transaksi dagang lain yang akan diteken dalam kunjungan Presiden Venezuela Nicolas Maduro ke Teheran dalam beberapa hari mendatang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengancam bahwa negara ini tidak akan menolerir Iran dengan kapal-kapal tankernya melecehkan sanksi AS terhadap Venezuela. AS juga akan mengenakan sanksi bukan hanya terhadap perusahan-perusahaan pelayaran Iran, melainkan juga semua pihak yang terlibat kerjasama dengannya.
Betapapun demikian, ancaman itu bisa jadi akan bernasib seperti ancaman sebelumnya, jauh panggang dari api. Sekjen Dewan Tingggi Keamanan Nasional Iran (SNSC) Laksamana Ali Shamkhani menyebut para pejabat AS sebagai para ideot yang termakan oleh arogansinya sendiri.
Selain itu, sanksi apapun dari AS terhadap Iran pada akhirnya justru menguntungkan Iran, karena membuatnya bekerja keras menggalang kemandirian ekonomi serta mengembangkan daya pertahanan yang sejauh ini bertumpu pada kekuatan rudal dan armada lautnya yang besar dan tangguh hingga mencemaskan AS dan sekutu utamanya di Timur Tengah, Rezim Zionis Israel.
Produk-produk minyak Bumi Iran mengalir deras ke pelabuhan-pelabuhan Venezuela dan Suriah hingga menjadi dilema besar bagi Trump dan pemerintahannya, dan menjadi pukulan telak pula bagi mata uang Dolar AS.
Singkatnya, dapat dikatakan bahwa sanksi ekonomi AS telah kehilangan efektivitasnya, sehingga bahkan menjadi bahan olok-olok, dan hal yang sama juga dialami oleh gertak sambal dan ancaman kosongnya. (mm/raialyoum)