Perkembangan Positif dari Lebanon
Kekhawatiran bahwa Lebanon akan kembali dilanda perang saudara karena rencana Presiden Suleiman membentuk pemerintahan baru tanpa melibatkan kelompok-kelompok Shiah, akhirnya mereda setelah pihak-pihak yang ngotot dengan rencana Presiden itu akhirnya bisa “berfikir jernih”.
Mantan perdana menteri dan tokoh Sunni Lebanon yang selama ini ngotot dengan rencana presiden, Saad Hariri, akhirnya mengakui bahwa Hizbollah adalah kekuatan politik yang tidak bisa dinafikan begitu saja dan harus dilibatkan dalam pemerintahan. Perubahan sikap ini hampir dipastikan akan membuka jalan bagi terbentuknya pemerintahan “persatuan” dan mengakhiri kekosongan pemerintahan setelah sebelumnya pimpinan kelompok Kristen Lebanon Force, Samir Geagea, dan Presiden Suleiman yang termasuk pendukung pembentukan pemerintahan eksklusif tanpa Hizbollah, menyatakan mendukung pemerintahan “persatuan”.
“Hizbollah adalah partai politik yang memimpin satu koalisi besar,” kata Hariri dalam satu wawancara dengan media Lebanon kemarin (18/1).
Menurut Hariri, keterlibatan Hizbollah dalam pemerintahan persatuan akan menjamin stabilitas negara dan ia merasa optimis kabinet pemerintahan baru akan segera terwujud setelah mengalami jalan buntu selama berbulan-bulan setelah terpilihnya Perdana Menteri Caretaker Tammam Salam pada bulan April tahun lalu. Hariri pun menyatakan keyakinannya bahwa pemerintahan “persatuan” akan segera terbentuk.
Tentang beberapa tuduhan negatif yang sempat ia nyatakan terhadap Hizbollah, termasuk tuduhan keterlibatan dalam pemboman yang menewaskan pembantu dekatnya yang juga mantan menteri keuangan beberapa waktu lalu, Hariri pun menarik ucapannya.
“Berdasar prinsip hukum, seseorang baru dinyatakan bersalah setelah diputuskan pengadilan,” kata Hariri.
“Kami akan mencoba menjalankan negara ini dengan siapapun, karena kami tidak ingin mengucilkan siapapun di Lebanon untuk memasuki periode yang sulit ini, terutama setelah masyarakat internasional gagal menyelesaikan masalah Syria,” tambahnya.
Tentang pembentukan pemerintahan baru, Hariri pun berkata, “Saya sangat optimis. Saya tidak tahu kapan itu terbentuk, namun saya optimis.”
Ia juga tidak lagi mengumbar ancaman sebagaimana biasanya dengan mengesampingkan “garis merah” atas pembentukan pemerintahan tersebut.
“Garis merah ditentukan oleh kepentingan negara dan kami ingin negeri ini stabil.” (CA/almanar).