Perempuan AS Eks-ISIS Ditolak Kembali ke Negaranya

0
501

Washington, LiputanIslam.com—Menteri Luar Negeri AS, Pompeo, mengatakan bahwa wanita asal Alabama, Hoda Muthana (24), yang telah bergabung dengan ISIS tidak dapat kembali ke AS. Sebelumnya, Hoda Muthana mengatakan dia menyesal bergabung dengan ISIS dan ingin kembali ke AS.

“Perempuan yang meninggalkan Alabama untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Levant (ISIL, juga dikenal sebagai ISIS) di Suriah bukanlah warga negara AS dan tidak akan diizinkan untuk kembali ke Amerika Serikat,” demikian dikatakan Menlu Mike Pompeo, Rabu (20/2).

Dalam pernyataan singkat yang tidak memberikan rincian tentang keputusan itu dicapai, Pompeo mengatakan Hoda Muthana tidak memiliki “dasar hukum untuk mengklaim kewarganegaraan Amerika.”

“Hoda Muthana bukan warga negara AS dan tidak akan diterima di Amerika Serikat,” kata Pompeo.

“Dia tidak memiliki dasar hukum, tidak ada paspor AS yang valid, tidak ada hak untuk [membuat] paspor atau visa untuk bepergian ke Amerika Serikat,” lanjut Pompeo.

 

Baca: Remaja Putri Eks-ISIS Meminta Kewarganegaraan dari Belanda  

 

Muthana menceritakan dirinya menghindari tembakan penembak jitu dan bom pinggir jalan dan siap untuk membayar hukuman atas tindakannya, tetapi menginginkan kebebasan dan keselamatan bagi putranya. Suami Muthana adalah  petempur ISIS yang terbunuh dalam pertempuran.

Dalam sebuat surat tulisan tangan yang dirilis oleh pengacara keluarga Muthana, ia menulis bahwa dia membuat “kesalahan besar”.

“Selama tahun-tahun saya di Suriah saya melihat dan mengalami cara hidup dan efek perang yang mengerikan yang mengubah saya,” tulisnya.

Setelah meninggalkan rumahnya di pinggiran kota Birmingham pada akhir 2014 dan tiba di Suriah, Muthana menggunakan media sosial untuk memprovokasi kekerasan terhadap AS.

Dalam suratnya, Muthana menulis bahwa dia tidak memahami pentingnya kebebasan yang diberikan oleh AS pada saat itu.

Pengacara Muthana menyatakan bahwa perempuan itu telah dicuci otak secara online sebelum meninggalkan Alabama dan sekarang bisa menjadi sumber intelijen berharga bagi FBI. Namun, sepertinya FBI tidak tertarik untuk mengambilnya dari kamp pengungsi tempat dia tinggal bersama putranya. (ra/aljazeera)

DISKUSI: