Perang Yaman Jadi Penyebab Kelaparan dan Runtuhnya Perekonomian

0
1269

Anak-anak Yaman

Sana’a,LiputanIslam.com—Akibat perang, ia terpaksa tinggal di bawah pohon dan menanggung sakitnya kelaparan. Namanya adalah Fatima Qoba, berusia 12 tahun, badannya ringkih dan beratnya hanya 10 kg—terlalu ringan untuk seorang anak seusia itu.
“Semua cadangan lemak di tubuhnya telah habis, dia hanya tinggal tulang,” Kata Makiah al-Aslami, seorang dokter dan kepala klinik di Yaman. “Dia adalah perwujudan paling ekstrem dari seorang anak yang kekurangan gizi.”

Apa yang terjadi pada Qoba disebabkan oleh perang besar di Yaman. Menurut PBB, Perang telah menyebabkan runtuhnya perekonomian dan membuat sekitar 10 juta orang terancam kelaparan.

Aslami berharap agar dirinya mampu menangani kasus kekurangan gizi lebih banyak lagi. Bulan ini saja dia merawat lebih dari 40 wanita hamil dengan gizi buruk.

“Jadi dalam beberapa bulan mendatang saya berharap bisa merawat 43 anak yang kekurangan berat badan,” katanya.

Dia mengatakan bahwa sejak akhir 2018, 14 anak di kliniknya meninggal akibat kekurangan gizi.

Kakak perempuan Qoba yang juga bernama Fatimah menyampaikan kepada Reuters bahwa dirinya, Qoba, bersama delapan saudara lainnya dan ayah mereka terpaksa tinggal di bawah pohon. Sebelumnya, mereka tinggal di daerah yang dekat dengan perbatasan Yaman-Arab Saudi.

Dia mengatakan  bahwa mereka melarikan diri dari pemboman oleh koalisi pimpinan Saudi, yang melakukan intervensi di Yaman pada tahun 2015 untuk memulihkan pemerintahan Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi, setelah gerakan Houthi menggulingkannya dari kekuasaan di ibukota Sanaa pada 2014.

“Kami tidak punya uang untuk mendapatkan makanan. Yang kita miliki hanyalah apa yang diberikan tetangga dan saudara kita, ”kata saudari itu. Ayah mereka, di usia 60-an, menganggur. “Dia duduk di bawah pohon dan tidak bergerak.” Dia menambahkan: “Jika kami tinggal di sini dan kelaparan, maka tidak ada yang tahu tentang kami. Kami tidak memiliki masa depan.”

Setelah mencoba dua rumah sakit lain yang tidak dapat membantu, seorang kerabat menemukan uang untuk mengangkut Qoba ke klinik di Aslam yang dikuasai Houthi, salah satu distrik termiskin di Yaman dengan tingkat kekurangan gizi yang tinggi.

Berbaring di seprai rumah sakit hijau, kulit Qoba tipis, matanya besar dan kerangka tubuhnya terbungkus gaun oranye longgar. Seorang petugas kesehatan memberinya bubur pucat dari mangkuk.

Aslami mengatakan gadis itu membutuhkan satu bulan perawatan untuk membangun tubuh dan pikirannya.

PBB sedang mengupayakan gencatan senjata dan penarikan pasukan dari pelabuhan utama Hudaydah di Yaman, tempat sebagian besar impor Yaman berasal. Namun kekerasan terus menggusur orang-orang di bagian lain negara itu, dan memutus jalur akses untuk makanan, bahan bakar dan bantuan.

Ada makanan di Yaman, tetapi inflasi yang parah telah mengikis kemampuan orang untuk membelinya, dan tidak dibayarnya gaji pekerja pemerintah telah membuat banyak rumah tangga tidak memiliki penghasilan.

“Ini adalah bencana kelaparan. Masyarakat dan keluarga Yaman kelelahan,” kata Aslami. “Satu-satunya solusi adalah menghentikan perang.”(fd/memo)

 

DISKUSI: