Peperangan yang Digelar Negara-Negara Barat Tewaskan 4 Juta Muslim Sejak 1990
Washington DC, LiputanIslam.com — Peperangan-peperangan yang digelar negara-negara barat di negara-negara Islam sejak tahun 1990 telah menewaskan 4 juta orang.
Demikian laporan yang dirilis kelompok kajian sosial yang berbasis di Washington, Physicians for Social Responsibility (PRS), seperti dilansir situs independen VoltaireNet.org, 11 April lalu.
PRS juga menyebutkan sejak kampanye ‘Perang Melawan Terorisme’ yang dilancarkan AS paska Serangan WTC tahun 2001 telah menewaskan antara 1,3 juta hingga 2 juta.
Laporan setebal 97 halaman itu merupakan laporan pertama yang dibuat untuk menghitung korban kampanye ‘Perang Melawan Terorisme’ di negara-negara Irak, Afghanistan dan Pakistan. PRS sendiri beranggotakan beberapa ilmuwan pemenang hadiah Nobel termasuk Dr. Robert Gould dari University of California San Francisco Medical Center, serta Professor Tim Takaro dari Simon Fraser University.
Namun meski dibuat oleh tim yang kredibel dan menjadi obyek penelitian pertama tentang korban kampanye ‘Perang Melawan Terorisme’ secara komprehensif, laporan ini kurang mendapatkan perhatian media-media utama barat.
Mantan Asisten Sekjend PBB, Dr Hans von Sponeck, menyebut laporan tersebut sebagai “kontribusi besar untuk merekatkan perbedaan antara perkiraan-perkiraan korban perang yang terpercaya, terutama korban sipil di Irak, Afghanistan dan Pakistan dengan laporan-laporan yang tendensius, manipulatif dan keliru”.
Sebelumnya laporan tentang korban perang hanya berdasarkan kompilasi dari laporan-laporan media. Dalam kasus di Irak, kompilasi itu disebut dengan istilah Iraq Body Count (IBC) yang memperkirakan korban tewas selama pendudukan AS hanya sekitar 110.000 orang. PSR menunjukkan sejumlah masalah metodologi mendasar dalam laporan IBC.
Sebagai contoh, meski diketahui sekitar 40.000 mayat telah dikuburkana di Najaf sejak invasi AS tahun 2003, IBC hanya menghitung korban tewas di Najaf sebesar 1.354 orang.
Dalam laporan lainnya IBC hanya menyebut ada 3 serangan udara pada tahun 2005, sementara angka sebenarnya mencapai 120 kali.
Laporan lainnya yang lebih akurat, meski belum seakurat laporan PSR adalah Lancet Study, yang memperkirakan jumlah korban tewas selama invasi AS tahun 2003 hingga 2006 mencapai lebih dari 600.000 jiwa.
Adapun korban tewas di Afghanistan dan Pakistan sejak “Perang Melawan Terorisme” menurut PSR setidaknya mencapai 300.000 jiwa, jumlah maksimal bahkan bisa mencapai 2 juta jiwa.
Jika ditambahkan dengan korban Perang Teluk I yang dilancarkan koalisi pimpinan AS terhadap Irak tahun 1991 dan disusul dengan korban sanksi ekonomi terhadap Irak yang diterapkan AS dan negara-negara barat paska peperangan, angkanya bahkan sangat mengerikan. Demikian VoltaireNet.org menyebutkan.
“Angka yang dibuat PBB yang tidak terbantahkan menunjukkan bahwa 1,7 juta warga sipil Irak tewas akibat sanksi ekonomi yang brutal oleh negara-negara barat, separoh dari mereka adalah anak-anak,” tulis VoltaireNet.org.
Kebrutalan sanksi tersebut, tulis VoltaireNet.org, adalah sebuah kesengajaan untuk menimbulkan ‘pembersihan etnis’.
“Sebuah dokumen rahasia yang ditemukan oleh Professor Thomas Nagy dari School of Business, George Washington University mengindikasikan sanksi itu adalah sebuah ‘genosida’ atas rakyat Irak.”(ca)