Pengamat: Hati-Hati dengan Bantuan Asing di Evakuasi Air Asia

0
476
Teuku Rezasyah

Teuku Rezasyah

Jakarta, LiputanIslam.com–Hingga kini telah ada 11 negara yang bergabung dalam operasi evakuasi AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata. Mereka adalah Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Prancis, Jepang, Inggris, Uni Emirat Arab, Rusia, dan Tiongkok. Secara resmi tentu saja semua negara menyatakan pengiriman berbagai armada militernya ke Indonesia adalah bertujuan kemanusiaan. Namun, benarkah murni demikian?

Pengamat politik internasional, Teuku Rezasyah, mengingatkan, selalu ada motif tersembunyi dalam setiap  bantuan internasional.
“Tentu hidup dalam era globalisasi seperti sekarang, semua negara harus bermitra satu sama lain. Tetapi, jujur lautan Indonesia merupakan lokasi yang strategis. Bisa jadi, melalui misi ini mereka ingin pamer kekuatan atau ingin mengeksplorasi laut kita,” kata Reza, seperti diberitakan VIVAnews (7/1/2015).
Pengajar di prodi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran ini menambahkan, melalui misi ini, masing-masing negara seolah-olah ingin menunjukkan alutsista terbaik milik mereka. Dengan begitu, maka secara tidak langsung bisa membuat otoritas pertahanan di Indonesia ngiler dan akhirnya membeli alutsista tersebut.
Analisis Reza itu seolah menjadi kenyataan ketika Panglima TNI, Jenderal Moeldoko melontarkan pujiannya terhadap kemampuan alutsista milik Negeri Paman Sam. Hari Rabu (7/1/2015), Moeldoko berkesempatan menjajal helikopter Seahawk untuk memantau proses evakuasi korban dan pesawat AirAsia di Landasan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng.
“Kita ngiler lihat alutsista mereka. Ada heli flipper. Luar biasa untuk alutsista kita, terutama TNI AL,” ujar Moeldoko.
Pesawat Rusia, BE-200, kabarnya juga tengah dilirik oleh Pemerintah Indonesia. Sebab, dapat membantu untuk mengamankan kedaulatan NKRI dari aksi pencurian ikan.
Menurut Reza, militer asing yang datang membantu evakuasi Air Asia akan memiliki kesempatan untuk melakukan eksplorasi laut dan melakukan pemetaan bawah air (hidrografis).
“Data-data seperti pergeseran arus laut sangat bermanfaat bagi penyelaman AL mereka, misalnya jika mereka ingin mengerahkan kapal selam. Belum lagi di wilayah perairan lokasi jatuhnya pesawat terdapat tiga arus air yakni atas, bawah dan tengah. Hal itu jarang ditemui di tempat lain,” ujar Reza.
Pihak asing juga bisa mempelajari latihan penyelaman, pengerahan kapal dan koordinasi antara Basarnas dengan pihak lain di Indonesia, termasuk TNI. Reza menyimpulkan, misi tersebut layaknya laboratorium bagi pihak asing, karena momentum semacam ini tidak selalu terjadi.  Reza mengingatkan bahwa mungkin saja dilakukan pemasangan radar bawah laut dan tidak terdeteksi oleh sonar oleh militer asing.
Karena itu, idealnya dalam proses evakuasi, Basarnas bekerja sendiri dan tidak didampingi pihak asing. Reza berpendapat, kemampuan Basarnas sudah diakui dunia, bahkan sejak awal pesawat dinyatakan hilang kontak, mereka sudah mengetahui titik lokasinya. Bantuan dari negara asing, bisa ditolak tanpa merusak hubungan bilateral kedua negara. Asal, dilakukan sejak awal dan pemimpin nasional bertindak tegas. (fa/vivanews)
DISKUSI: