Netanyahu: Israel Diuntungkan ISIS, Ini Alasannya
LiputanIslam.com–Netanyahu terlihat segar dan sumringah saat diwawancarai Jerusalem Post (JP). Dari jawaban-jawaban yang diberikan Perdana Menteri Israel ini terlihat bahwa dia sangat puas dengan perkembangan situasi Timur Tengah. Menurut Netanyahu, yang diperlukan sekarang adalah menyamakan Hamas dengan ISIS agar dunia memahami bagaimana sebenarnya ‘Negara Islam’ yang selama ini dilawan oleh Israel.
“Situasi ini akan membantu mengurangi kritik terhadap Israel,” kata Netanyahu kepada JP (24/9).
Saat ditanya, siapa ancaman terbesar bagi Israel, Netanyahu menjawab, “Islamic State, Hamas, al-Qaida, Hezbollah dan Iran.”
Menurutnya, dari semua itu, ancaman terbesar adalah bergabungnya militan Islam dengan senjata nuklir. ISIS disebutnya sebagai kekuatan yang memiliki ambisi global dan mengancam semua orang Yahudi, Kristen, dan sekuler. Lalu, Netanyahu menyamakan ‘militan Islam’ (dalam hal ini ISIS) dengan Iran.
“Bayangkan ISIS dengan senjata kimia, atau senjata nuklir. Inilah yang akan kita dapatkan dari Iran, yang dipimpin oleh pemerintahan militan Islam yang tidak memiliki batas [ambisi]. Ini adalah ancaman besar bagi dunia, terutama sekali, ini ancaman bagi kami. …Karena itu perlu diciptakan kesamaan antara perjuangan kami melawan Hamas dengan perjuangan Barat melawan ISIS,” kata Netanyahu.
“Saat ini AS dan banyak negara akan melawan ISIS. Israel juga melakukan aksi yang sama melawan sebuah organisasi, yaitu Hamas, yang kekuatannya dua kali ISIS. Ini akan memunculkan apresiasi dari masyarakat atas betapa tegasnya kami memerangi mereka,” lanjutnya.
Tentu saja, Netanyahu dan JP sama sekali tidak menyebut-nyebut fakta banyaknya senjata Israel yang dipakai militan ISIS serta adanya militan yang dirawat di Israel, bahkan dijenguk langsung oleh Netanyahu. Selain itu, mereka juga tidak membahas kejahatan Israel terhadap warga Palestina sejak 1948. Israel telah merebut sebagian besar tanah milik bangsa Arab, membunuh dan mengusir mereka. Jumlah pengungsi Palestina yang terdaftar di UNRWA pertengahan 2013 dalah 5,3 juta orang, atau sekitar 45,7% dari total populasi Palestina. (dw)