Myanmar Ratakan Desa Rakhine, Ingin Hilangkan Sejarah Rohingya?

0
524

Naypyidaw, LiputanIslam.com–Sejumlah foto-foto yang diambil dari udara memperlihatkan rumah-rumah warga Rohingya di Rakhine state yang rata digilas bulldozer militer Myanmar.

Hal ini meningkatkan kekhawatiran banyak pihak bahwa pemerintah Myanmar tengah merencanakan penghapusan sejarah kelompok minoritas Muslim itu.

Foto-foto tersebut, yang diunggah lewat akun Twitter duta Uni Eropa untuk Myanmar, Kristian Schmidt, memperlihatkan kawasan yang hancur di tengah petak tanah yang luas. Foto ini diambil pada tanggal 9 Februari lalu.

Desa-desa yang awalnya dibakar dalam serangan militer Myanmar, kini terlihat rata oleh bulldozer, tanpa bangunan dan bahkan pohon-pohon.

Kepala NGO Arakan Project, Chris Lewa, yang telah bekerja bertahun-tahun dengan warga Rohingya di Rakhine state, melaporkan bahwa “warga Rohingya terkejut melihat desa-desa mereka diratakan.”

“Warga Rohingya memiliki perasaan bahwa mereka (militer) mencoba menghancurkan jejak terakhir kehadiran mereka di kawasan,” tambah Lewa.

Kelompok korban persekusi itu juga ketakutan jika di musim hujan yang akan datang, tanda-tanda kehidupan masa lalu mereka akan habis tak bersisa.

Meskipun begitu, Menteri Kesejahteraan Sosial Myanmar, Win Myat Aye, mendukung penghancuran tersebut. Menurutnya, perataan dengan bulldozer merupakan bagian dari rencana untuk “membangun kembali” desa-desa Rohingya dengan standar lebih tinggi dari sebelumnya.

“Kami mencoba membuat rencana pembangunan desa yang baru,” kata sang menteri. “Ketika mereka kembali, mereka bisa tinggal di tempat asal mereka…”

Sedangkan menurut seorang pejabat HAM PBB, upaya seperti itu sebetulnya bertujuan untuk “menghilangkan tempat-tempat penting dalam geografi Rohingya secara efektif.”

Sementara itu, pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, sampai kini terus menghalangi jurnalis atau pejabat PBB yang ingin datang untuk menginvestigasi situasi di Rakhine.

Pemerintahnya juga mencegah badan-badan kemanusiaan mengirimkan makanan, air, dan obat-obatan ke pengungsi Rohingya. (ra/presstv)

 

DISKUSI: