Mantan Dubes Pakistan Tepis Tuduhan Iran Mengenai Kelompok Teror Jaish al-Adl
Karachi, LiputanIslam.com—Mantan Duta Besar Pakistan untuk Iran, Javid Hussain, telah menepis tuduhan yang dilontarkan pejabat senior Iran bahwa Pakistan melindungi kelompok bersenjata, Jaish al-Adl. Kelompok teroris itu telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan pekan lalu yang menewaskan 27 anggota elit Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) di Provinsi Sistan-Baluchestan, Iran selatan.
Javid Hussain pada hari Rabu (20/2) mengatakan kepada Al Jazeera, “Kami tidak mengizinkan wilayah kami digunakan oleh organisasi teroris untuk menargetkan tetangga kami.”
“Saya dapat meyakinkan Anda bahwa kasus ini juga merupakan keprihatinan besar bagi kami, dan kami bekerja sama dengan pemerintah Iran untuk memastikan para pelaku itu ditangkap dan dibawa ke pengadilan.”
Pada hari Selasa, Brigadir Jenderal Mohammad Pakpour, seorang komandan senior IRGC, mengumumkan bahwa setidaknya tiga warga Pakistan, termasuk seorang pembom bunuh diri, berkonspirasi dengan tiga warga Iran dari wilayah Sistan-Baluchestan untuk melakukan serangan.
Pejabat militer Iran lainnya, Mayor Jenderal Yahaya Rahim Safavi, juga mengecam dinas intelijen Pakistan karena mendukung kelompok-kelompok “teroris”, menurut kantor berita Mehr. Sebelumnya, Ali Larijani, ketua parlemen Iran, mengatakan bahwa Islamabad “harus bertanggung jawab atas tindakan ini yang melibatkan kelompok yang mengatur dan melakukan operasi dari wilayah mereka.”
Di tengah-tengah retorika yang memanas ini, Hussain, diplomat Pakistan, mengatakan dia tidak meramalkan ketegangan meningkat, dengan mengatakan bahwa kedua pemerintah “berhubungan satu sama lain.”
Pada hari Minggu lalu, Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi, berbicara di telepon dengan sejawatnya dari Iran, Javad Zarif, untuk meyakinkan kembali kerja sama Islamabad dengan Teheran.
Apakah Pakistan ‘mengabaikan’ kelompok-kelompok bersenjata?
Sharmine Narwani, seorang analis Timur Tengah dan mantan dosen di Universitas Oxford, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa meskipun ada jaminan dari pihak Pakistan, Iran mungkin “dipaksa untuk mengambil tindakan” di beberapa titik karena meningkatnya korban teroris di perbatasan.
“Kita mungkin mendekati waktu dimana ketegangan geopolitik di seluruh kawasan itu semakin memuncak dan ancaman agresif terus dilakukan terhadap Iran oleh AS dan lainnya,” kata Narwani.
Ia juga menuduh adanya tangan Riyadh dalam ketegangan di perbatasan, dengan mengatakan banyak dari pemimpin dan anggota Jaish al-Adl adalah lulusan sekolah yang didanai Arab Saudi di Pakistan.
“Jangan lupa bahwa sembilan bulan yang lalu, Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman mengancam akan melancarkan pertempuran di dalam negeri Iran, yang menurut para ahli, ancaman ini bermakna bahwa Saudi akan memobilisasi populasi Sunni Iran untuk memicu konflik,” lanjut Narwani.
Narwani mengatakan Islamabad dapat mengendalikan Jaish al-Adl dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya jika memang mau.
“Pertanyaannya adalah apakah Pakistan ingin melakukannya?” katanya. Menurutnya, “[sikap] mengabaikan kehadiran kelompok-kelompok bersenjata itu memiliki tujuan politik bagi Pakistan.”Di lain waktu, mungkin hanya untuk tidak membuat populasi yang konservatif.
Baca: Pengamat: Pakistan Seharusnya Tak Mengambil Uang Saudi
“Permainan Ganda” Pakistan
Iran dan Pakistan berbatasan darat hampir 1.000 km dan ada beberapa serangan lintas-perbatasan dalam beberapa tahun terakhir terhadap warga Iran. Di antaranya, serangan bunuh diri di pelabuhan Chabahar pada Desember 2018 dan penculikan 12 anggota IRGC pada Oktober 2018. Serangan terbaru, pada 13 Februari lalu, kelompok Jaish al-Adl (Tentara Keadilan) asal Pakistan telah melakukan serangan bom bunuh diri di provinsi Sistan-Baluchestan Iran (berbatasan dengan Pakista) yang menewaskan 27 anggota korps elit Pengawal Revolusi Islam (IGRC).
Menanggapi serangan ini, Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi berbicara dengan rekannya dari Iran, Javad Zarif pada hari Minggu untuk meyakinkan Teheran atas kerja sama Islamabad. Qureshi juga mengirim delegasi khusus ke Teheran untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat pemerintah Iran tentang serangan itu.
Menurut Taha Siddiqui, seorang jurnalis asal Pakistan, hubungan antara Teheran dan Islamabad sudah “memburuk”.
“Pakistan mengabaikan tetangganya dalam mengejar petrodolar dari Saudi. Ini tidak akan pernah membawa hasil yang baik,” katanya kepada Al Jazeera.”Utusan yang dikirim ke Iran hanya akan berusaha menenangkan orang-orang Iran, tetapi Pakistan paling baik dalam memainkan permainan ganda seperti itu.” (ra/aljazeera)