Kuliah Subuh JK: Riba, Pasar Bebas, dan Konsep Ekonomi
Jakarta, LiputanIslam.com — Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla ditanya tentang konsep ekonomi oleh para jamaah Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan saat memberikan kuliah subuh. Pertanyaan pertama ialah tentang pasar bebas dan kemakmuran umat Muslim.
“Dewasa ini, di mana pun ekonomi lebih bebas. Karena teknologi, komunikasi makin bebas. Transportasi makin gampang. Sehingga orang bicara tentang efisiensi, tentunya ada perlindungan dagang. Yang muncul adalah siapa yang terbaik. Yang lebih baik, lebih cepat, lebih murah,” kata JK di hadapan sekitar 100 orang jamaah, Minggu (1/6/2014).
Ia mengajak masyarakat agar jangan mau tertinggal dalam persaingan pasar bebas. JK yakin produk-produk buatan Indonesia juga tak kalah.
“Pemerintah dan masyarakat kita bisa. Kita bisa bersaing, baju dan sepatu kita di dunia ada. Tetapi kita harus bekerja lebih baik,” ucap JK.
Salah seorang jamaah lainnya bertanya tentang prinsip riba. “Kami mohon bapak kalau betul diridhoi jadi wapres, maka kita libas masalah riba. Kita, umat Islam, minta komitmennya terkait hal ini agar menerapkan hukum syariah secara perbankan,” ujar pria tersebut.
JK pertama-tama mengajak para jemaah untuk menyamakan persepsi tentang riba. Mantan wapres ini juga menjelaskan tentang prinsip bank syariah.
“Riba bila meminjamkan sesuatu lalu mengembalikannya yang lebih memberatkan, berlebihan. Ukuran berlebihan tentu banyak. Yang pertama sistem. Di Indonesia, ada lebih dari 100 bank syariah. Tetapi bank syariah belum tentu lebih murah dari bank biasa. Tidak ada bunga tapi biaya administrasinya bisa lebih tinggi,” papar pria berusia 72 tahun ini.
Bila menggunakan bank pemerintah, JK mengajak masyarakat untuk melihat ke mana bunga itu mengalir. Dana itu nantinya akan digunakan untuk biaya perbaikan jalan atau rumah yang juga digunakan oleh masyarakat.
“Bank pemerintah kan kembalinya ke rakyat sendiri, untuk memperbaiki jalan, rumah, rumah sakit. Bukan hanya teknis istilahnya tapi ke mana keuntungan itu dipakai,” ucap JK.
Meski pertanyaan yang diajukan kepadanya mengarah pada kondisinya yang sedang mencalonkan dirinya sebagai wakil presiden, JK menegaskan bahwa ia tak berkampanye di tempat ibadah. Kehadirannya dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia.
“Ini sebagai Ketua DMI. Tiap tahun di sini saya bicara. Tidak ada urusannya dengan politik. Itu tugas saya. Saya tidak bicara kampanye, tapi kalau ada pertanyaan ya saya jelaskan. Bahaya kalau tidak jawab. Saya tidak memulai. Kita di sini bicara agama bermartabat,” kata JK. (ba/detik.com)