Kenapa Israel Bernafsu Jalin Normalisasi dengan Sudan?

0
904

TelAviv,LiputanIslam.com-Jika upaya-upaya Rezim Zionis untuk meneken kesepakatan normalisasi dengan Sudan akan dikaji dengan teliti, terlebih dahulu kita mesti mengetahui kepentingan-kepentingan regional Tel Aviv.

Berdasarkan isi Taurat dan Talmud yang menyebut perbatasan Israel dari Nil hingga Eufrat, Israel pun berupaya menguasai sumber-sumber air di kawasan tersebut.

Demi mewujudkan impian ini, Rezim Zionis pada 1974 menggulirkan sebuah proyek untuk menyuplai satu persen air Nil ke permukiman-permukiman Zionis tiap tahunnya. Setelah itu pada 1977, Israel menggulirkan proyek pembangunan 6 terowongan di bawah Terusan Suez untuk memasok air Nil ke Tanah Pendudukan.

Saat Benyamin Netanyahu melawat ke Ethiopia pada 2016, ia berjanji akan membantu negara itu guna memanfaatkan sumber-sumber air untuk mengembangkan pertanian, mengirim teknologi Israel ke Ethiopia, dan melindungi bendungan al-Nahdha dari segala kemungkinan serangan dengan cara menempatkan sistem pertahanan udara modern.

Tujuan dari proyek ini adalah menghalangi negara-negara Arab untuk mendapatkan pengaruh di kawasan tersebut di level investasi dan perdagangan.

Oleh karena itu, dalam strategi Rezim Zionis, air adalah elemen keamanan nasional terpenting Israel. Bahkan nasib Israel juga bergantung kepada elemen ini dan perang-perang mendatang juga akan berporos pada penguasaan sumber-sumber air.

Geolog asal Mesir, Dr. Rushdi Saeed mengungkap bahwa perang mendatang atas Mesir adalah “perang air”.

Intervensi Israel dalam urusan internal Ethiopia, Uganda, dan Sudan bertujuan untuk melemahkan negara-negara Arab serta merampas sumber-sumber alam mereka, terutama negara Sudan, yang dengan melihat kekayaan sumber daya alam dan luas wilayahnya, bisa menjadi sebuah negara kuat regional.

Dengan demikian, normalisasi Sudan dan Israel bisa dimaknai berikut:

Pertama, Mesir akan kehilangan kedalaman strategisnya.

Kedua. pelemahan dan pemecah belahan Sudan.

Ketiga, penguasaan atas sumber-sumber alam Sudan.

Keempat, kontrol atas sumber-sumber air Nil.

Kelima, penyediaan air minum untuk Israel.

Keenam, upaya untuk mewujudkan ramalan Taurat soal pembentukan “negara Israel” dari Nil hingga Eufrat di tengah perpecahan Arab. (af/alalam)

DISKUSI: