Gunung Kelud Harus Lebih Diwaspadai
“Seperti di Kelud, status dari “siaga” ke “awas” itu hanya dalam waktu 11 hari dari tgl 2-14 Februari 2014. Lalu berubah jadi “awas”. Nah pas status “awas” ke meletusnya cuma hitungan 1 jam. Jadi dari “awas” ke meletusnya cepat sekali, ini yg harus disadari oleh masyarakat,” kata Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia Rovicky Dwi Putrohari kepada pers, Jumat (14/2) malam.
“Tinggal kesiapan pemerintah dan masyarakat menanggulangi dan antisipasi. Karena setiap gunung mempunyai perubahan dari waspada, siaga kemudian ke awas itu beda-beda. Ada yang berubahannya lama, dan ada yang perubahannya cepat,” ujar Rovicky lagi.
Meski Rovicky menilai rata-rata kesiapsiagaan masyarakat di sekitar gunung berapi yang aktif sudah relatif siap, namun kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah begitu penting dalam menghadapi bencana.
“Seperti di Gunung Kelud, Merapi dan lainnya rata-rata sudah siap. Artinya, sudah terbiasa mengalami ini. Tetapi yang lain-lain, belum. Kayak Sinabung, kan setelah 200 tahun enggak meletus, kaget juga masyarakatnya. Kalau di Kelud kebetulan radius 5 km kebetulan tidak ada penduduk. Sinabung radius 2-3 km saja ada penduduknya,” tambah Rovicky.
Selain itu dia juga mengatakan, sifat masing-masing gunung berapi berbeda-beda dan hal ini yang membuat kesiapan masyarakatnya juga berbeda-beda.
“Jadi setiap gunung statusnya beda-beda, letusannya beda-beda dan kesiapan masyarakatnya enggak sama. Status Gunung Salak dan Gede sudah lama sekali statusnya normal, jadi anteng aja,” pungkasnya.(ca/detiknews)