Erdogan Serukan Zona Larangan Terbang di Suriah
Istanbul, LiputanIslam.com — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan zona larangan terbang di Suriah, karena menurutnya, hal itu sangat penting untuk segera dieksekusi oleh mitra-mitranya.
“Zona larangan terbang harus diumumkan, dan memastikan bahwa harus ada daerah Suriah yang diamankan, apalagi, telah banyak rakyat Suriah yang mengungsi ke Turki. Dan Turki bisa menjaga daerah tersebut dengan segenap artileri,” ujar Erdogan, seperti dilansir Midddle East Monitor, (27/9/2014).
Erdogan menyatakan bahwa ia telah membahas masalah ini dengan Presiden AS Barack Obama dan wakilnya Joe Biden saat pertemuan ke-69 di Majelis Umum PBB.
Turki setuju bergabung dengan koalisi yang digalang AS untuk melakukan penyerangan terhadap ISIS di Irak dan Suriah, sebagaimana pernyataan yang dirilis oleh Gedung Putih.
“Kedua pemimpin (Obama-Erdogan) telah membahas hal yang mendesak untuk membangun koalisi guna melumpuhkan kelompok ISIS dengan cara apapun, termasuk aksi militer, upaya menghentikan arus pendanaan, melawan masuknya jihadis, dan mendelegitisimasi ideologi dianut oleh ekstremis ini,” demikian pernyataan Gedung Putih.
Erdogan menyatakan bahwa Turki memiliki perbatasan sepanjang 1.250 km dengan Suriah dan Irak, yang kini berada dalam kondisi kritis. “Terorisme di Irak dan Suriah adalah masalah kami. Ada 1,5 juta pengungsi di Turki yang melarikan diri dari negaranya. Kami tidak mungkin berkata bahwa kami tidak peduli, untuk itu, kita harus mengakhiri hal ini,” ujar Erdogan.
Menurut Erdogan, Turki akhirnya bergabung dengan koalisi yang digalang AS untuk memerangi ISIS disebabkan karena ada 49 orang warga negaranya yang disandera ISIS. Sehingga, ia akan mengerahkan segenap upaya untuk mengembalikan sandera itu ke rumah dengan selamat.
“Sepak terjang ISIS telah melukai Islam. Dan apa yang dilakukan ISIS sama sekali bukan dari representasi Islam. Islam adalah agama yang menjunjung perdamaian dan persaudaraan. Agama kami tidak akan pernah membolehkan pembunuhan terhadap orang yang tak berdaya. Tindakan ini menyakiti sangat menyakiti Muslim,” tambahnya.
Sebelumnya, Liputan Islam telah melaporkan investigasi dari media Jerman Der Spiegel, bahwa para militan radikal ISIS, dilatih pada tahun 2012 oleh instruktur AS yang bekerja di sebuah pangkalan rahasia di Yordania dan Turki.
Sumber itu mengatakan, bahwa setidaknya ada satu kamp pelatihan kelompok ISIS, di sekitar pangkalan udara Incirlik didekat Adana, Turki, tempat personil dan persenjataan Amerika berada. Setelah pelatihan di Turki, ribuan militan ISIS pergi ke Irak melalui Suriah untuk bergabung bersama militan lainnya. (ba)