Buka Lahan Dengan Bakar Hutan, Petani: Kami Tak Punya Jalan Lain…

0
557
Foto: Tribun

Foto: Tribun

Ogan Komering Ilir, LiputanIslam.com — Membuka lahan dengan cara membakar lahan gambut, memang telah lumrah dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Alasannya, selain tidak mengeluarkan modal, cara seperti itu telah dilakukan turun temurun dari nenek moyang. Sedangkan pemerintah hanya memberikan sosialisasi tanpa solusi untuk petani pribumi.

“Setiap musim kemarau dipastikan masyarakat yang hendak membuka lahan di atas lebak belukar akan membakarnya, karena tidak ada cara lain,” kata Yadi (43), Minggu (28/9/2014), seperti dilansir Tribunnews.

Menurut Yadi, pemerintah selama ini hanya memberikan sosialisasi dan ancaman hukuman bagi pembakar hutan dan tidak pernah memberikan solusi pembukaan lahan perkebunan.

Firman (35) warga Pampangan, juga menyatakan hal yang sama. Mestinya pemerintah memberikan jalan keluar bagi petani yang akan membuka lahan semak belukar agar tidak dibakar.

“Masyarakat hanya ditakuti dengan hukuman dan tidak pernah memberikan jalan keluarnya,” ujar Firman.

Saat ini laporan dari Balai Lingkungan Hidup OKI menunjukkan, bahwa lahan yang terbakar di Kabupaten OKI mencapai kurang lebih 6000 hektar. Penyebab kebakaran 90 persen dibakar oleh masyarakat yang disengaja maupun tak sengaja.

Pemadaman api masih berlangsung, dan petugas mengalami kesulitan lantaran sarana prasarana terbatas, lokasi yang sulit dijangkau serta tidak ada sumber air.

Lalu, solusi apa yang ditawarkan pemerintah Kabupaten OKI terkait keluhan masyarakat yang tidak punya jalan lain untuk membuka lahan selain dengan membakar hutan?

Sayangnya belum ada. Kabag Humas dan Protokol Kabupaten OKI Dedy Kurniawan hanya menyatakan bahwa ia akan membawa masalah tersebut ke rapat antara dinas terkait bekerjasama dengan perusahaan yang ada di OKI.

Seperti diketahui bersama, asap akibat pembakaran lahan memiliki dampak buruk terhadap kesehatan, seperti;

1. Menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan juga infeksi.
2. Memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik.
3. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
4. Bagi yang berusia lanjut dan anak-anak, mereka yang punya penyakit kronik dengan daya tahan tubuh rendah serta wanita yang sedang hamil, akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
5. Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
6. Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
7. Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
8. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lebih mudah terjadi, utamanya karena ketidakseimbangan daya tahan tubuh, pola bakteri, atau virus, dan buruknya faktor lingkungan. (ph)

DISKUSI: