Assad Kembali Kecam Wahabisme
Dianggap sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas terjadinya konflik berdarah di Syria, Presiden Syria Bashar al Assad mengecam paham wahabisme sebagai “ancaman bagi dunia”. Demikian laporan media pemerintah Syria usai meliput pertemuan antara Bashar al Assad dengan tamunya Menlu Iran Mohammad Javad Zarif di Damaskus, Rabu (15/1).
“Presiden Assad mengingatkan dalam pertemuannya dengan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif tentang ancaman yang diberikan oleh faham wahabi terhadap dunia, tidak hanya kawasan,” demikian laporan media Syria.
“Rakyat Syria dan banyak masyarakat di kawasan yang memahami betapa seriusnya ancaman yang diberikan oleh wahhabisme, dan semua orang harus terlibat dalam pertempuran melawannya dan mencabut akarnya,” kata Assad sebagaimana dikutip media-media Syria.
Kecaman Assad terhadap Saudi tersebut terjadi setelah hubungan kedua negara jatuh ke titik paling rendah setelah Syria menuduh Saudi berada di belakang para pemberontak yang berusaha menumbangkan pemerintahan Syria. Syria bahkan telah menyatakan Saudi sebagai negara musuh utama Syria. Dan hubungan itu semakin buruk setelah pemerintah Syria mengijinkan peredaran film “King of the Sand”, film buatan sutradara Syria tentang sejarah berdirinya kerajaan Saudi yang dipenuhi dengan tindakan-tindakan tidak terpuji para pendiri kerajaan.
Pertemuan antara Assad dengan Zarif ini terjadi hanya kurang dari 1 minggu sebelum dilangsungkannya konperensi internasional tentang Syria kedua yang digelar di Geneva, Swiss, untuk mengakhiri konflik berdarah yang sudah berlangsung hampir 3 tahun dan telah merengut lebih dari 100 ribu nyawa rakyat Syria.
Sebelum pertemuan tersebut kantor berita Syria SANA sempat mengabarkan pernyataan Menlu Iran Zarif yang menyebutkan bahwa misi kunjungannya ke Syria adalah untuk “memastikan konperensi Genewa II akan memberikan hasil yang sesuai dengan kepentingan rakyat Syria”. Selain ke Syria, dalam misinya itu Zarif juga mengunjungi Lebanon dan Jordania.
Menurut Zarif, dirinya mengemban misi untuk “mengkoordinasikan posisi yang akan menjamin keamanan di Syria” seraya menyerukan semua pihak untuk “memerangi eksremisme dan terorisme yang telah mengancam semua pihak”, merujuk para pemberontak Syria.
Dalam kunjungannya ke Lebanon hari Senin (13/1) dimana ia bertemu dengan Presiden Michel Suleiman, pimpinan Hizbollah Hasan Nasrallah dan para pemimpin Lebanon lainnya, Zarif mengecam berbagai pihak yang berusaha menolak partisipasi Iran dalam konperensi Genewa II. Pemberontak Syria telah berulangkali menyatakan penolakan atas pertisipasi Iran dalam konperensi karena dianggap sebagai pendukung pemerintah Syria yang tidak netral. Sementara menlu Amerika John Kerry memberi syarat yang cukup berat bagi Iran untuk bisa terlibat dalam perundingan Syria, yaitu menyetujui pembentukan pemerintahan sementara Syria. Sebaliknya Rusia dan Cina menginginkan kehadiran Iran dalam pertemuan Genewa II. Bagi kedua negara, Iran sebagai negara yang berpengaruh di Timur Tengah terutama di Syria, tidak bisa diabaikan keikut-sertaannya.
Iran sendiri dengan tegas menolak adanya persyaratan-persyaratan tertentu bagi keikutsertaannya dalam konperensi. Zarif di sela-sela kunjungannya di Lebanon, dengan tegas juga mengatakan bahwa “Iran tidak pernah mendesak-desak untuk dilibatkan dalam pertemuan”.(CA/AL AKHBAR)