Washington, LiputanIslam.com—Pentagon dilaporkan telah siap mengirimkan sekitar 1.000 tentara ke Suriah utara, meski rencana tersebut masih harus menunggu persetujuan dari Presiden Donald Trump dan Menteri Keamanan Jim Mattis. Demikian laporan dari seorang pejabat AS kepada AFP pada Rabu (15/03/2017).
“Itu adalah salah satu proposal yang didiskusikan di atas meja,” kata pejabat tersebut yang tak bersedia disebutkan namanya.
Berdasarkan data dari AFP, Washington memiliki 800 hingga 900 tentara di Suriah. Namun, berdasarkan pengakuan Pentagon, tentara AS hanya bertugas melatih tantara Kurdi untuk berperang melawan ISIS dan kelompok teroris lainnya.
Komandan militer AS di Timur Tengah, Jenderal Joseph L. Votel mengatakan, lebih banyak tentara Amerika yang dibutuhkan Suriah dalam upaya menumpas kelompok teroris.
Berdasarkan laporan, Pentagon akan membujuk Presiden Trump untuk segera menyetujui pengiriman tentara ke Suriah.
Selama kampanye presiden, Trump secara terbuka mengaku mendukung pengiriman kontingen besar tantara AS ke Suriah.
“Kita tidak punya pilihan, kita harus menumpas ISIS,” kata Trump saat itu.
Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad menyebut tantara AS sebagai penjajah, karena di bawah hukum internasional, pemerintah asing tidak boleh mengirimkan tantara mereka ke negara-negara berdaulat.
Dalam wawancara dengan TV China, Phoenix, Assad mengatakan bahwa “tentara asing manapun yang masuk ke Suriah tanpa diundang adalah penjajah.” (ra/presstv)
Nakba, Akar Masalah Palestina
16/05/2022
Popular Tags
Dunia Islam – Berita Islam –Berita Dunia Islam – Konflik Timur Tengah – Timur Tengah Terkini – Berita Islam Terkini – Berita Internasional – Berita Timur Tengah – Berita Iran – Berita Iran Terkini – Iran Terkini – Iran vs AS – Amerika vs Iran – AS vs Iran – Berita Palestina – Berita Palestina Terbaru – Palestina Hari Ini – Palestina Terkini – Palestina Israel – Berita Turki – Turki Terkini – Berita Yaman – Perang Yaman – Perang Suriah– Berita Suriah – Berita Afghanistan – Berita Arab Saudi – Arab Saudi Terkini