Apakah Kali Ini Netanyahu Bisa Lolos dari Perang Saudara di Israel?
TelAviv,LiputanIslam.com-Akhir-akhir ini, banyak orang yang membicarakan peluang meletusnya perang saudara di Israel, menyusul semakin masifnya unjuk rasa yang menentang Pemerintahan Benyamin Netanyahu dalam beberapa pekan terakhir.
Sejumlah pejabat dan mantan pejabat, juga media-media, telah memperingatkan meletusnya perang dan pertumpahan darah di dalam Tanah Pendudukan. Namun pertanyaan yang muncul adalah: “apakah perang semacam ini mungkin terjadi, ataukah peringatan-peringatan ini hanya sekadar terlontar dalam kaitannya dengan konflik politik domestik Israel?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, harus dikatakan bahwa kajian atas pengalaman masa lalu selalu berguna untuk membuat prediksi di masa depan. Ini bukan kali pertama Netanyahu berhadapan dengan gelombang protes besar. Pekan ini, Jerusalem Post menulis bahwa unjuk rasa berlangsung di 60 titik Tanah Pendudukan dan jumlah maksimal pengunjuk rasa mencapai 250 ribu orang.
Netanyahu bukanlah politisi amatiran. Berkat koneksi-koneksi politiknya, ia pernah sukses lolos dari problem-problem serupa.
Saat krisis ekonomi memperburuk problem tempat tinggal di Israel pada tahun 2012, sejumlah pemuda berkemah di jalan Rothschild (salah satu jalanan termahal di Tel Aviv) dan berkumpul di sana. Selama beberapa pekan, aksi protes meningkat hingga berubah menjadi gelombang unjuk rasa siang-malam terhadap kebijakan ekonomi Netanyahu. Jumlah maksimal pengunjuk rasa dilaporkan mencapai 400 ribu orang. Di masa itu, sejumlah pihak juga memperingatkan kemungkinan meletusnya perang saudara.
Ada 2 tindakan yang dilakukan Netanyahu demi menghindari problem ini. Selain membentuk komite untuk mengatasi masalah tempat tinggal, Netanyahu di tahun itu melancarkan perang 8 hari terhadap Gaza. Dengan kata lain, ia mengaktifkan opsi “Musuh Asing”. Tentara Israel menamakan operasi itu “Amud Anan” dan memanggil 57 ribu serdadu cadangan.
Jumlah 57 ribu serdadu berarti bahwa para kepala keluarga dalam jumlah serupa mengkhawatirkan nasib anak-anak mereka dalam perang. Lebih dari 100 ribu orang juga mengikuti berita-berita perang secara serius. Dalam tempo 8 hari ini, sekitar 1.500 roket dan rudal ditembakkan ke Tanah Pendudukan, sementara Israel juga melancarkan 1.500 serangan udara ke Gaza. Sejumlah 6 orang Zionis dikabarkan tewas dan lebih dari 200 warga Palestina gugur. Hal ini sudah cukup untuk mengalihkan perhatian dan memadamkan api unjuk rasa. Berkat Operasi Amud Anan, Netanyahu pun berhasil lolos dan terus memerintah selama 9 tahun.
Oleh karena itu, seiring terlontarnya peringatan akan timbulnya perang saudara, sebagian pihak berpendapat bahwa bisa saja Netanyahu akan kembali menggunakan opsi “Musuh Asing”. Namun bisakah dia melakukannya seperti dahulu?
Untuk menjawabnya, harus dikatakan bahwa:
Pertama, unjuk rasa saat ini berbeda dengan unjuk rasa 2012. Unjuk rasa saat ini bersifat politis-sosial. Orang-orang Zionis bicara soal kematian demokrasi dan meneriakkan slogan menentang kediktatoran dan fasisme. Secara lahiriah, ini adalah protes terhadap tindakan Netanyahu terkait reformasi sistem peradilan, Namun pada hakikatnya, ini adalah perang antara komunitas sekular, masyarakat Yahudi, dan orang-orang Zionis religius radikal.
Kedua, di masa itu Netanyahu bukan terdakwa tingkat pertama. Sedangkan saat ini, semua pemrotes percaya bahwa dia berusaha melemahkan Badan Yudikatif demi lolos dari hukuman. Sebab itu, perang ini adalah perang hidup-matinya karier politik Netanyahu dan para sekutunya.
Ketiga, apakah Tentara Israel akan mematuhi perintah Netanyahu dan Kabinet sayap kanan radikalnya seperti pada 2012 silam?
Jawabannya lebih mendekati “tidak” daripada “ya”. Sebab yang pertama kali menyuarakan peringatan munculnya perang saudara akhir-akhir ini adalah kalangan Militer dan para jenderal. Mantan Menteri Perang dan Kepala Staf Umum Tentara Israel, Moshe Yaalon adalah orang yang pertama kali memberi peringatan. Setelah dia, orang-orang seperti Ehud Olmert (mantan PM Israel) serta dua orang dari komandan Angkatan Udara Israel yang turut memberikan peringatan. Di lain pihak, Kabinet Netanyahu mengancam akan memenjarakan para jenderal yang berbicara seperti ini. (af/fars)