50 Orang Bercadar Rusak Rumah Warga Bantul
Yogyakarta, LiputanIslam.com — Segerombolan orang yang berjumlah sekitar 50 orang dengan menggunakan cadar, pakaian serba putih dan celana gantung, membawa senjata tajam berupa linggis dan pedang, nekat merusak rumah dan perabotan serta kendaraan milik Sri Rejeki (48) dan Agus Windarto (52), Minggu 2 Maret 2014, siang. Keduanya warga Dusun Nitipuran RT 8 Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Akibat penyerbuan ini, Agus mengalami luka akibat pukulan, pot-pot tanaman pecah, satu unit sepeda motor Honda Astrea Grand rusak, kaca jendela rumah pecah, kaca etalase di pecah, dan isi etalase diobrak-abrik. Sedangkan rumah Sri rejeki mengalami kerusakan pada kaca jendela, satu unit sepeda motor Suzuki Smash rusak dan pot-pot tanaman pecah.
Agus mengatakan sekitar pukul 12.30 WIB pintu rumahnya diketok oleh seseorang yang memakai cadar dan menggunakan pakaian warna abu-abu. “Saya membuka pintu dan langsung dipukul oleh pelaku yang menggunakan cadar dan pakaian warna abu-abu,” katanya.
Saat dipukul, anaknya spontan menarik Agus dari pelaku dan diajak menyingkir dari tempat kejadian. “Setelah itu rombongan yang datang membawa senjata tajam dan memakai cadar tersebut merusak barang barang yang ada warung dan memecah kaca jendela dan juga mengobrak abrik isi warung,” katanya.
Usai melakukan perusakan, gerombolan itu mendatangi rumah milik korban Sri Rejeki yang rumahnya berhadap-hadapan dengan rumah Agus Windarto.
“Rombongan merusak jendela rumah, motor Suzuki Smash dan memecahkan pot-pot yang ada diteras dan halaman rumah korban,” kata Rubiyanti, tetangga korban.
Kapolres Bantul AKBP Surawan membenarkan kejadian perusakan dua rumah warga di Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
“Dugaan sementara kejadian itu dipicu karena teguran warga,” kata Surawan.
Aparat kepolisian, Surawan melanjutkan, saat ini sudah melakukan mediasi antara warga dan pemilik ponpes, Munajad, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
“Sudah kami pertemukan antara warga dan pemilik pondok pesantren,” katanya.